Kupi Beungoh
Menakar Kemampuan Aceh dalam Mengelola Migas, Jangan Buka Payung Sebelum Hujan
Sebagai masyarakat, kami sangat senang terhadap pemimpin yang jujur dan bekerja dengan ikhlas dan tidak mengharapkan posisi tertentu sebagai imbalan
Anak kemarin sore pun paham bahwa kalau pengajuan proposal berarti PEMA harus melengkapi berbagai syarat yang kemudian akan dinilai dengan proposal-proposal lainnya.
Mengelola migas jelas tidak seperti mengelola perusahaan keripik ubi di Saree.
Beli ubi dari petani, bersihkan, cincang, goreng, packing dan jual.
Migas membutuhkan kemampuan dan keahlian khusus karena pekerjaan yang beresiko tinggi.
Serambinews.com sebagai media yang sangat terpercaya saat ini di Aceh perlu melakukan klarifikasi ulang kepada kepala dinas ESDM bagaimana cerita yang sebenarnya.
Kalau tidak berita ini dapat dikategorikan sebagai upaya pembohongan publik Aceh.
Rakyat Aceh harus sangat hati-hati terhadap pemberitaan ini.
Karena sebuah catatan menjelaskan bahwa Blok B memiliki kaitan kelam terhadap munculnya konflik selama 30 tahun di Aceh.
Kecemburuan sosial terhadap hasil alam yang melimpah, namun kondisi kemiskinan di Aceh kala itu telah menyebabkan konflik bersenjata yang memakan ribuan korban jiwa.
• Dukung Pemerintah Aceh Ambil Alih Migas Blok B, PDDA Harap Migas Aceh dapat Mensejahterakan Rakyat
• DPRA Minta Pemerintah Miliki Roadmap, Dalam Pengelolaan Blok B
Fakta dan Realita
Sebagai generasi millennial perlu memahami beberapa realita terhadap berita gembira ini.
Pertama, selama ini Aceh telah mendapatkan bagi hasil migas dari blok B dengan kalkulasi 70% Pemerintah 30% Pertamina.
Dalam 70% Pemerintah yang kemudian dijadikan 100%, 70% untuk Aceh, 30% untuk pemerintah pusat.
Adakah kemungkinan dengan pengambil alihan blok B ini akan mengganggu persentase bagi hasil tersebut?
Bukankah 70% itu sudah sangat aman bagi Aceh?