Citizen Reporter

Melirik Potensi Kopi Liberika, Kopi Rasa Nangka Asal Tangse Pidie

Di pegunungan Tangse, kopi liberika tumbuh subur dan lebat. Sepanjang perbukitan, pohon-pohon liberika ini tinggi menjulang.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover/Taufik Ar-Rifai
Warga Gampong Paya Guci, Kecamatan Tangse sedang memetik kopi liberika di pegunungan Dok-Dok. Dok-Dok kini menjelma menjadi kawasan translok pasca damai dan dihuni sekitar 60 kepala keluarga. 

Ini disebabkan harga kakao di pasaran saat itu kian menggiurkan.

“Padahal, daerah ketinggian 900 hingga 1.000 mdpl seperti Tangse tidak cocok dengan tanaman kakao,” kata Edi Tangse.

“Buktinya, setelah buahnya dipanen dua atau tiga kali, pohon dan buahnya rentan diserang hama. Sejak dulu, Tangse sudah dikenal sebagai sentral penghasil kopi selain Daratan Tinggi Gayo,” tambahnya.

Atas dasar itulah, pria yang pernah menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Jogjakarta ini konsen mempromosikan si biji hitam khas Tangse tersebut.

Melihat produktifitas dan harga liberika yang baik, tambah Edi, para petani kembali bergairah.

Di cafe H2E yang letaknya persis di pinggir jalan Tangse-Meulaboh ini, Edi mulai mempromosikan kopi Tangse ke seantero Nusantara.

“Warga yang ngopi kemari umumnya menyukai espresso madu, baik espresso arabika atau liberika madu. Madunya pun berasal dari hutan Tangse yang kita beli dari warga,” pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved