Kupi Beungoh
Pandemi, Ekonomi Digital, dan Gampong Meukat Dotcom (Bagian II - Habis)
Jiplakan Taobao Village untuk GampongMeukat.com, atau KeudeMeukat.Com sebagai sebuah gerakan besar mengangkat dan memperkuat UMKM daerah
Yakin dengan manfaat e-commerce UMKM pedesaan, pemerintah Cina pada tahun 2014 dengan resmi melancarkan program besar-besaran E-comerce poverty alleviation, menjadikan konsep Taobao village, sebagai instrument ampuh untuk menciptakan pekerjaan, memperkuat ekonomi desa, dan mengurangi kemiskinan.
Baca juga: Presiden Donald Trump Tuduh Calon Presiden Partai Demokrat Curang
Baca juga: Anda Sudah Bisa Kembali Kunjungi Museum Kota Lhokseumawe Mulai Besok, Buka Lagi Usai Tutup 8 Bulan
UMKM dan Ekonomi Digital
Suka tidak suka, mau tidak mau, ekonomi digital kini sudah terpapar di depan mata.
Pandemi yang di permukaan dianggap telah merusak kehidupan ekonomi negara dan masyarakat, diam diam mempunyai hikmah tersendiri.
Pandemi telah membuat masyarakat semakin “terpaksa” hidup dan menjalani kehidupan dengan perangkat digital.
Kegiatan pemerintah, bisnis, pendidikan, dan berbagai jasa, kini telah semakin dirasuki oleh perangkat digital, dan itu tidak pernah kembali lagi ke situasi prapandemi, sekalipun pandemi Covid-19 nantinya akan tertangani.
Rencana ambisius jangka panjang pemerintah untuk ekonomi digital memang jelas menunjukkan bahwa peta jalan Indonesia untuk mendapatkan porsi optimum dari pertumbuhan ekonomi digital regional dan global menemukan bentuknya.
Visi Jokowi 2020, go digital Vision dengan target 1,000 start up dan 8 juta UMKM go digital adalah sebuah gagasan target yang ambisius, namun itu berguna.
Rencana transaksi 130 miliar dolar AS, dan total pengguna internet 215 juta juga mungkin terkesan berat.
Target yang telah ditentukan itu bukanlah sesuatu yang mustahil, karena kajian Google menyebutkan pada tahun 2025 nilai transaksi ekonomi digital indonesia akan mencapai 150 miliar dolar AS.
Jumlah pengguna internet Indonesia bertambah pesat setelah pandemi mendekati 200 juta, namun nilai penjualan ekonomi digital juga meningkat menjadi 44 miliar dolar, angka yang masih jauh dari 150 miliar dolar pada tahun 2025, yang masih sangat mungkin dicapai.
Akan tetapi dalam hal startup nasional, jumlah yang telah terdaftar pada tahun 2019 telah mencapai lebih dari 2.000, menjadikan Indonesia sebagai negara nomor lima terbesar kepemilikan startup setelah AS, India, Inggris, dan Kanada.
Di ASEAN sendiri, Indonesia jauh meninggalkan Singapura pada ranking dua dengan jumlah startup sekitar 500 an, dikuti oleh Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
Proyeksi bahwa Indonesia akan menemukan momentum leapfrog dalam hal ekonomi digital memang terbuka lebar.
Persoalan pandemi yang dalam banyak hal telah membawa kesengsaraan, justru memberikan hikmah dengan bertambahnya pengguna internet, dan semakin menjamur dan berkembangnnya ekonomi digital.