Kupi Beungoh

Prestasi Aceh di MTQ Padang, Gejala atau Penyakit? (Bagian I)

Publik Aceh tentu saja lebih sehat ketika mendengar kafilah Aceh hanya masuk satu orang saja ke final MTQ Padang.

Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Ahmad Humam Hamid, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala. 

Apa pesan penting dari MTQ nasional Padang untuk Aceh?

Itu pertanyaan yang diajukan oleh oleh salah seorang anggota group WA, dimana saya menjadi anggotanya.

Tidak ada diskusi WA yang berlanjut lebih dari 24 jam.

Tapi untuk MTQ ini, diskusi berlangsung sampai 28 jam.

Ealaupun sesekali terus dilanjutkan sampai dengan hari ini.

Saya hanya mengirimkan pesan dengan dua kata yang mungkin bisa menjelaskan tentang realitas MTQ itu, yakni gejala atau penyakit.

Tidak ada respons satupun dari anggota group WA tentang kedua kata itu, mungkin mereka menduga saya sedang mencoba mengajak anggota untuk pindah topik dari MTQ ke isu Covid-19.

Kenapa tidak? karena istilah gejala dan penyakit dalam pembicaraan akhir-akhir ini sangat terkait dengan pandemi itu.

Ketika terjadi sesuatu yang dianggap tidak biasa, dan bahkan sangat tidak biasa, tentu ada sesuatu yang salah.

Ketika tubuh demam atau batuk, pengetahuan umum publik menyatakan itu penyakit, kemungkinan besar influenza.

Kesan itu walaupun sesungguhnya menuruti dunia medis disebut sebagai gejala saja, tetapi kosakata publik menyatakan itu penyakit.

Akan tetapi ketika ada demam tinggi, batuk berdarah, agak sukar untuk menyebut itu sebagai penyakit, akan tetapi lebih sebagai gejala dari suatu penyakit yang kita belum tahu apa namanya.

Biarlah diagnosa dokter yang akan memutuskan apa nama penyakit itu. (Bersambung)

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved