Berita Luar Negeri
Militer Junta Myanmar Makin Tertekan, Jutaan Rakyat Protes ke Jalan Hingga Tekanan Negara Barat
Militer junta Myamar kini semakin tertekan setelah jutaan rakyat negara itu turun ke jalan melakukan protes besar-besaran.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM – Militer junta Myamar kini semakin tertekan setelah jutaan rakyat negara itu turun ke jalan melakukan protes besar-besaran.
Di samping itu, para militer juga mendapat tekanan dari negara barat dan sanksi yang baru dijatuhkan Amerika Seikat pada Senin (22/2/2021) waktu setempat.
AS menjatuhkan sanksi terhadap dua jenderal militer atas kaitannya dengan kudeta awal bulan ini.
Sementara itu, Uni Eropa memperingatkan pihaknya sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Myanmar.
Negara-negara Barat berusaha menekan junta untuk menghindari tindakan keras setelah berminggu-minggu protes.
Pemogokan di Myanmar menutup sektor bisnis di negara Asia Tenggara itu pada hari Senin (22/2/2021).
Jutaan rakyat Myanmar berkumpul dalam protes damai meskipun ada peringatan dari pihak berwenang bahwa konfrontasi dapat membuat orang terbunuh.
Baca juga: Ini Para Jenderal Myanmar yang Kena Sanksi Amerika Serikat Akibat Kudeta Militer
Baca juga: Uni Eropa Persiapkan Langkah-Langkah Sanksi Terhadap Pemimpin Kudeta Myanmar
Baca juga: 2 Pedemo Myanmar Tewas Ditembak Polisi, Satu Korban Tertembak di Kepala
Pelapor Khusus PBB, Tom Andrews mengatakan jutaan orang telah berbaris dalam jumlah yang luar biasa, meskipun ada ancaman junta.
“Para jenderal kehilangan kekuatan mereka untuk mengintimidasi dan dengan itu. Sudah waktunya bagi mereka untuk mundur, ”kata Andrews, dikutip dari Reuters, Selasa (23/2/2021).
Pada Senin kemarin, pemerintah Uni Eropa menunjukkan dukungan bagi rakyat Myanmar yang berusaha membalikkan kudeta milter dan pembebasan terhadap Aung San Suu Kyi.
"Kami tidak siap untuk berdiri dan menonton," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas.
Ia menambahkan bahwa sanksi dapat terjadi jika diplomasi gagal.
Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang akan menargetkan bisnis yang dimiliki oleh tentara.
Tetapi blok tersebut mengesampingkan pembatasan preferensi perdagangannya untuk menghindari melukai pekerja miskin.
Baca juga: Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi ke Pemimpin Junta Militer Myanmar, Sudah Perkirakan Sebelumnya
Baca juga: Sadis! Polisi Diduga tembak Mati 2 Pendemo Antikudeta Militer di Myanmar, Satu Orang Didor di Kepala
Pasukan keamanan Myanmar telah menunjukkan lebih banyak pengekangan sejak kudeta daripada dalam konfrontasi sebelumnya.
Meski begitu, tiga pengunjuk rasa telah tewas di tembak mati dalam aksi protes di Myanmar.
Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya selama protes.
Ia menuduh pengunjuk rasa telah memprovokasi kekerasan.
Minggu dini hari (21/2/2021), media milik pemerintah MRTV memperingatkan bahwa konfrontasi dapat menelan korban jiwa.
Myawaddy News yang dikelola militer melaporkan bahwa kepala junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan militer mengikuti jalan demokrasi.
Ia mengtakan bahwa pihaknya menggunakan kekuatan minimal dengan pemakaian peluru karet.
Baca juga: Melahirkan di Usia 40, Begini Rahasia Awet Muda Bintang Bollywood Kareena Kapoor
Baca juga: VIDEO Melihat Dataran Planet Mars Saat Kendaraan Eksplorasi Perseverance NASA Mendarat
Sanksi AS
Di Naypyitaw, tempat militer bermarkas, polisi dengan truk meriam air dan armada kendaraan lain membubarkan arak-arakan pengunjuk rasa pada hari Senin (22/2/2021).
Video menunjukkan pengunjuk rasa dikejar dan dianiaya oleh pasukan keamanan dan sebuah kelompok hak asasi mengatakan puluhan orang dilaporkan telah ditahan di sana.
Secara keseluruhan, 684 orang telah ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman sejak kudeta, kata kelompok itu.
Amerika Serikat pada Senin (22/2/2021) memberlakukan sanksi terhadap dua jenderal junta, yakni Letnan Jenderal Moe Myint Tun dan Jenderal Maung Maung Kyaw.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi Kunjungi Sejumlah Negara ASEAN untuk Bahas Kondisi Myanmar
Baca juga: PBB Khawatir Militer Myanmar Lakukan Kejahatan yang Lebih Besar Terhadap Warganya
AS memperingatkan mereka bahwa pihaknya dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada pejabat presiden Myanmar dan beberapa perwira militer, serta tiga perusahaan di sektor batu giok dan permata.
"Militer harus membalikkan tindakannya dan segera memulihkan pemerintah yang terpilih secara demokratis," kata Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS.
Inggris, Jerman dan Jepang juga mengutuk kekerasan di Myanmar dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak militer untuk menghentikan penindasan.
Myanmar mengecam dunia luar yang ikut campur tangan dalam urusan negaranya.
Baca juga: Akibat belum Bisa Nyetir, Belasan Mobil di Desa Miliarder Rusak, Ada yang Tabrak Garasi
Baca juga: BERITA POPULER - Bagian Tubuh tak Berfungsi setelah Menikah sampai Melahirkan tanpa Hamil
Dorongan Indonesia
Indonesia mendorong negara-negara tetangga di Asia Tenggara untuk menyetujui sebuah rencana yang akan memenuhi militer junta untuk mengadakan pemilihan dengan pengawas.
“Hal itu untuk memastikan pemilihan Myanmar bersifat adil dan inklusif,” kata tiga sumber yang mengetahui proposal tersebut.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi telah menggalang dukungan di antara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk pertemuan khusus tentang krisis tersebut.
Tetapi rencana dari Indonesia itu tidak memenuhi tuntutan pengunjuk rasa untuk segera membebaskan Suu Kyi dan pengakuan atas hasil pemilihan November.
Baca juga: Unjuk Rasa Anti Mililiter Myanmar, Ratusan Masyarakat Gunakan Ritual Santet dan Kutukan
Baca juga: Jutaan Rakyat Myanmar Berani Turun ke Jalan Protes Aksi Kudeta, Penguasa Militer Tak Menyangka
“Ini sepenuhnya menyangkal keinginan rakyat Myanmar. Apakah mereka belum cukup melihat protes? " kata salah satu pengguna Twitter yang diidentifikasi sebagai Zaw Min.
Pengguna media sosial mengatakan protes direncanakan di depan kedutaan Indonesia di Myanmar pada hari Selasa. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: BERITA POPULER - Mahasiswa Aceh Hilang 15 Tahun Hingga Pria Jual Chip Terancam Hukum Cambuk
Baca juga: Nikahi 4 Wanita Dalam Waktu Berbeda, Pria Ini Ditangkap Polisi Atas Laporan Dua Istrinya
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Kanada Jadi Negara Kedua Tuduh China Lakukan Genosida Muslim Uighur
Baca juga: Presiden Haiti Lanjutkan Satu Tahun Lagi, Walau Tugas Sudah Berakhir, AS Keluarkan Kecaman
Baca juga: Akibat belum Bisa Nyetir, Belasan Mobil di Desa Miliarder Rusak, Ada yang Tabrak Garasi