Kupi Beungoh
Moustapha Akkad, Ertugrul, dan Cut Nyak Dhien: Tentang Wajah Asli Yang Sering Terabaikan (I)
Dua karya Moustapha Akkad yang sangat spektukaler adalah The Message, The Story of Islam (1976), dan Lion of the Desert (1981).
Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
BEBERAPA hari yang lalu, beberapa media memberitakan tentang film Cut Nyak Dhien yang dibintangi Christine Hakim dan disutradarai oleh Eros Djarot akan diputar ulang di bioskop ibu kota dan seluruh Indonesia.
Film yang telah direstorasi di Belanda, dimana negara itu juga sekaligus memberikan hibahnya, kini telah mulai dinikmati di bioskop-bioskop ibu kota, dan segera akan beredar di daerah.
Film adalah sebuah media hiburan yang telah berumur 126 tahun semenjak diluncurkan pertama kalinya di Grand Cafe Paris, Perancis pada tahun 1895.
Sampai hari ini, film telah berkembang sedemikian rupa, mulai dari tehnik, sampai kepada penggunaannya dalam berbagai kepentingan.
Film Cut Nyak Dhien yang dibuat pada tahun 1988 bagi Eros Djarot mungkin lebih didasari kepada keinginan menonjolkan semangat kepahlawanan wanita Aceh dan segala dinamikanya.
Eros Djarot mengakui ia tak puas dengan film itu, karena ketika ia mengerjakan film itu uangnya tak cukup, dan bahkan dukungan dari masyarakat Aceh relatif sangat kurang.
Benarkah film, drama televisi, dan sejenisnya hanya sebuah tontonan penghibur dan pengisi waktu senggang yang tidak mempunyai muatan apapun?
Jawabannya adalah tidak.
Film selalu membawa pesan mulai dari yang paling lunak dan berharga, seperti keindahan, romatisme, kepahlawanan, nilai-nilai moralitas universal sampai kepada “penjajahan” budaya.
Tidak mengherankan, kalau kemudian persoalan film ini menjadi sebuah ajang pertarungan nilai-nilai, ideologi, bahkan hegemoni negara adikuasa.
Contoh yang paling sering disebut adalah betapa banyak film poduksi Hollywood yang sering memotret kawasan Timur Tengah sebagai akar dari berbagai bentuk kekerasan global, dimana Islam menjadi biang utamanya.
Penonton di berbagai negara disuguhi dengan narasi buruknya ajaran Islam, masyarakat Islam, dan bahkan kemudian hanya terselamatkan dengan kehadiran seorang aktor yang menjadi pahlawan yang bukan orang Islam.
Baca juga: Nasir Djamil Ajak Milenial Tonton Film Cut Nyak Dhien, Forbes Sedia Tiket Gratis untuk Pemuda Aceh
Baca juga: Kesekian Kalinya Tonton Film Tjoet Nja’ Dhien, Ini Kata Anies Baswedan Soal Sang Pahlawan dan Aceh
Moustapha Akkad, The Message dan Lion of the Desert
Tidak banyak tokoh Islam di dunia yang mampu menerangkan apa itu Islam melalui layar lebar kepada aundiens global, kecuali Moustapha Akkad.