Berita Banda Aceh

UIN Ar-Raniry Banda Aceh Gelar Workshop Moderasi Beragama, Begini Maksudnya Hingga Materi Narasumber

Moderasi beragama adalah kegiatan baru dan masuk program prioritas Kementerian Agama atau Kemenag RI sejak tahun 2019.

Penulis: Mursal Ismail | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Duduk di depan dari kiri ke kanan, Ahmad Suaedy, Fuad Mardhatillah, dan Khatib A Latief, saat pembukaan Workshop Moderasi Beragama di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Selasa (22/6/2021) 

Sebaliknya diharapkan menjadi “cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”

Maka, sesungguhnya dalam konteks perguruan tinggi, apalagi perguruan tinggi agama Islam, moderasi beragama ini bukan hanya menanamkan, apalagi indoktrinasi. 

Melainkan diperdebatkan baik dalam nilai-nilai asasi, metodologinya maupun strateginya sesuai landasan negara dan bangsa serta tantangan-tantangannya.

Baca juga: Kemenag RI Bantu Rp 1,3 Miliar untuk Pembelajaran Daring di 93 Dayah Aceh Utara

Materi narasumber kedua

Kemudian narasumber kedua, Manager Riset dan Advokasi, DR Junaidi Simun, MA, menambahkan moderasi beragama adalah upaya dan proses peletakan pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara benar. 

Selain itu, juga seimbang dan fungsional.

Upaya dan proses ini diyakini dimiliki semua agama, namun karena berada pada tataran nonsubstansial ajaran agama menyebabkan multitafsir dan keliru implementasinya.

Oleh karena itu, moderasi beragama adalah upaya pengembalian pemahaman individu beragama ke moderat, bukan memoderatkan agama.

Menurut Junaidi, Islam sendiri menawarkan konsep tentang moderasi beragama, yaitu mengambil jalan tengah (tawassuth), berkeseimbangan (tawazun), lurus dan tegas (i’tidal), toleransi (tasamuh), egaliter (musawah). 

Kemudian musyawarah (Syura), reformasi (Ishlah), dan mendahulukan (aulawiyah), dan dinamis dan inovatif (tathawwur wa Ibtikar).

Moderasi beragama harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif).

"Dosen merupakaan elemen penting karena pendidikan tinggi dianggap media yang paling penting, strategis, efektif, dan sekaligus rentan diseminasi pemahaman keliru baik tentang ajaran agama maupun teori kehidupan lain," kata Junaidi. 

Baca juga: Rektor UIN Ar-Raniry Prof Warul Walidin Sebut Pendidikan Aceh Sudah On The Track, Ini Indikatornya

Tujuan workshop moderasi beragama

Khatib A Latief selaku penanggungjawab acara mengatakan tujuan workshop ini untuk menelusuri gagasan dan pemikiran moderasi beragama yang dapat diterapkan dosen di dalam proses pembelajaran. 

Kemudian juga mencari langkah-langkah dinamis untuk membangun moderasi beragama dalam kerangka pluralisme bangsa.

Khatib A Latief menyebutkan ada empat hal yang diharapkan dari workshop ini. 

Pertama, teridentifikasi gagasan perumusan moderasi beragama yang kontekstual dengan kultur Aceh yang religius. 

Kedua, lahir rumusan umum moderasi beragama dalam Pendidikan Tinggi Islam di Aceh. 

Ketiga, teridentifikasi langkah-langkah dinamis, berkeadilan, dan berimbang dalam penerapan moderasi beragama di dunia pendidikan di Aceh. 

Keempat, mampu menumbuhkembangkan sikap toleransi dan akomodatif terhadap nilai religiusitas agama dalam budaya Aceh. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved