Breaking News

Kupi Beungoh

Ekonomi Gampong: Bakongan, Barsela, Reaganomics, dan Kekeliruan Sri Mulyani (II)

Walaupun tidak sangat menonjol, Bakongan terkenal sebagai salah satu kawasan penghasil ikan laut di kawasan pantai barat selatan.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Dua yang terakhir yang dianggap rendah oleh masyarakat sesungguhnya adalah termasuk dalan kelompok ikan sardin yang merupakan satu dari tiga besar ikan dengan kadar omega 3 tinggi.

Apapun namanya, perbedaan besar perpindahan massal masyarakat dari  hanya konsumsi ikan murah seharga 15 ribu rupiah per kilogram kepada konsumsi ikan mahal, sekelas ikan keurape kala, baik yang sejenisnya atau sedikit di bawahnya, tidak akan terjadi tanpa ada kenaikan pendapatan yang signifikan.

Dan kenaikan harga TBS sawit adalah kunci dari fenomena keurapee kala itu.

Indikator ekonomi gampong lainnya yang juga cukup menyolok adalah pelaksanaan kenduri keluarga, baik kenduri perkawinan, maupun kenduri orang meninggal.

Bila tahun-tahun sebelumnya, bahkan sudah berjalan cukup lama, hanya keluarga kaya saja-jumlahnya tidak banyak, yang mampu menyembelih kerbau untuk kenduri, kini hampir semua kenduri sudah berasosiasi dengan daging kerbau.

Sekalipun ditemui sapi di daerah Bakongan, mungkin karena alasan ekologi gunung dan rawa, atapun sejarahnya, konsumsi daging masyarakat di sana adalah daging kerbau.

Dengan harga kerbau terendah antara 12-15 juta, kenduri yang menyediakan hidangan daging kerbau sebelum harga TBS naik dalam jangka waktu yang relatif panjang seperti akhir-akhir ini, sangat jarang.

Semenjak 12 bulan terakhir sangat terasa, hampir dapat dipastikan cukup banyak rumah tangga yang menyembelih kerbau untuk kenduri.

Sembelihan itu sering berlaku sama, baik untuk “khanduri udep”- pesta perkawinan, maupun “khanduri mate” alias kenduri musibah orang meninggal.

Hal lain yang juga semakin mencerminkan pengeluaran yang lebih besar dari sebelumnya juga ditemui pada “khanduri udep”-pesta perkawinan.

Selain konsumsi daging kerbau yang disediakan untuk para tamu, penampilan dan kemeriahan pesta juga sangat terasa berbeda dari sebelumnya.

Upacara adat semakin legkap, perangkat alat adat, terutama pelaminannya juga terasa semakin mahal.

Intinya total biaya yang digunakan oleh masyarakat untuk pesta perkawinan semakin lebih besar dari sebelumnya.

Baca juga: Harga Sawit di Singkil Terus Melejit

Baca juga: Harga Sawit Melejit, Penjualan Mobil di Aceh Singkil Laris Manis

Indikator Ekonomi Gampong: Uang Sosial Yang Semakin Besar

Kehidupan gampong adalah kehidupan sebuah keluarga besar yang sekalipun tak mempunyai pertalian darah, namun dalam kenyataannya, masih tetap kokoh.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved