Breaking News

Kupi Beungoh

Ekonomi Gampong Subulussalam: Peremajaan Sawit Rakyat Aceh, Database, dan Kelembagaan (XIII)

Kesahihan database saja telah memperkecil ruang manipulasi, termasuk seperti dugaan kasus korupsi proyek peremajaan sawit rakyat di Provinsi Aceh.

Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Ahmad Human Hamid, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Akibatnya, kelembagaan nyaris menjadi proyek yang hanya akan memberikan ruang kepada manipulasi oleh aktor-aktor tertentu.

Absen atau lemahnya kelembagaan petani sawit telah sangat lama terjadi.

Baca juga: Kejati Aceh Tingkatkan Kasus Peremajaan Sawit di Nagan ke Penyidikan, Belum Ada Penetapan Tersangka

Pemerintah daerah cenderung membantu petani hanya yang yang berurusan dengan proyek material, tanpa menghiraukan kelembagan dan SDM petani itu sendiri.

Semua pihak tahu kelembagaan petani sangat strategis untuk diperkuat, karena lembaga menjadi persyaratan bantuan pemerintah untuk bibit bersertifikat, pupuk bersubsidi, dan bahkan untuk program peremajaan sawit rakyat.

Di samping itu juga, kelembagaan petani menjadi persyaratan untuk kemitraan pembelian TBS.

Dalam konteks kerja sama yang lebih luas, kesediaan perusahaan perkebunan untuk bemitra dengan asosiasi petani sawit juga membuat kelembagaan, seperti kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan koperasi menjadi sangat penting.

Ini sangat penting bagi Aceh, karena praktis mayoritas petanis sawit Aceh adalah petani sawadaya.

Transformasi petani swadaya untuk menjadi petani plasma, mustahil akan tercapai tanpa kelembagaan yang kuat.

Dari data yang tersedia secara nasional petani plasma mempunyai posisi yang lebih menguntungkan dari petani swadaya, karena disamping pembinaan, harga, dan lain-lain, produktivitas petani plasma juga lebih baik.

Jika ketimpangan produktivitas CPO per tahun antara petani swadaya berkisar sekitar 2 ton per hektare per tahun, dan produkstivitas CPO perusahaan swasta mencapai 4-8 ton per tahuan, maka posisi produktivitas petani plasma akan berada di antara kedua ekstrim itu.

Cerita sukses dari Riau bahkan menyebutkan kemitraan antara petani dengan PTPN V mampu membuat produktivitas petani plasma mencapai 24 ton TBS perhektar pertain (Kontan, 10/20).

Kemitraan dengan perusahaan juga menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan.

Kemitraan dengan perusahaan, atau menjadi petani plasma juga berarti petani bisa dalam bentuk pendampingan kultur teknis, kontraktor peremajaan, avalist untuk pendaanaan kredit dari perbankan, kontraktor peremajaan, bahkan dapat operator pengelolaan kebun petani.

Dalam konteks peremajan sawit rakyat, kemitraan petani dengan perusahaan juga bermanfaat kepada perusahaan, karena peningatan produksi untuk kebutuhan pengolahan, dapat dicapai tanpa pembukaan lahan baru.

Dalam skema program sawit rakyat, salah satu kelemahan dari BPDKS adalah tidak tersedianya dana yang solid untuk pendataan, dan penguatan kelembagaan petani.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved