Salam
Ramadhan di Tengah Naiknya Harga
Ramadhan yang biasanya, khususnya di Aceh, hiruk pikuk dengan berbagai kegiatan ibadah, pada dua tahun itu terasa agak sepi karena memang banyak
SELAMAT datang bulan agung.
Selamat datang bulan yang penuh berkah.
Selamat datang bulan Ramadhan 1443 Hijriah.
Insya Allah, mulai Ahad besok kita semua dapat menjalankan rangkaian ibadah selama bulan puasa hingga ke Idul Fitri nanti.
Aamiin.

Pada tahun 2020 dan tahun 2021 kita menjalankan ibadah puasa di tengah cengkeraman wabah virus Corona.
Banyak aktivitas, termasuk ibadah yang dibatasi di sejumlah daerah “merah” Covid- 19.
Tentu saja suasana Ramadhan yang biasanya, khususnya di Aceh, hiruk pikuk dengan berbagai kegiatan ibadah, pada dua tahun itu terasa agak sepi karena memang banyak yang dibatasi, khususnya yang sifatnya berkerumun.
Dan, Insya Allah, tahun ini wabah Corona sudah menurun sehingga kegiatan masyarakat yang tadinya dibatasi kini sudah dilonggarkan.
Namun, masyarakat diingatkan supaya tetap berhati-hati sebab virus Corona itu masih ada di sekitar kita.
Baca juga: Arab Saudi Mulai Puasa Ramadhan
Baca juga: Hilal di Bawah 3 Derajat, Pemerintah Tetapkan Awal Ramadhan 3 April
Paling tidak, setiap keluar rumah kita diingatkan untuk tetap memakai masker.
Terbebas dari “belenggu” wabah Corona, ternyata tak serta merta membuat kita bisa cukup lega menyambut datangnya bulan suci Ramadhan kali ini.
Bulan puasa ini justru harus kita masuki bersamaan dengan tingginya beban ekonomi.
Dalam pekan ini, harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
Tarif pajak pertambahan nilai (PPN) juga naik dari 10 persen menjadi 11 persen mulai 1 April 2022.
Ada banyak dampak dari naiknya harga BBM dan naiknya tarif PPN.
Antara lain, menurut para pakar ekonomi, bisa mendorong lonjakan inflasi pada April 2022.
Pasalnya, kenaikan tersebut berbarengan dengan meningkatnya tren inflasi global dan ditambah dengan masuknya Ramadhan yang berakhir dengan Hari Raya Idul Fitri.
Namun, dampak langsung dari kebijakan penaikan tarif PPN dan naiknya harga BBM adalah melonjaknya harga berbagai bahan kebutuhan sehari-hari masyarakat, terutama bahan pangan.
Baca juga: ASN Dilarang Gelar Buka Puasa Bersama
Harga minyak goreng yang meroket karena stoknya yang belum normal di pasaran, menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat.
Ditambah lagi dengan kenaikan harga bawang merah, tepung, cabe merah, dan harga daging meugang yang sudah melampaui Rp 200.000 perkilogram.
Naiknya, harga komoditas itu paling dirasakan oleh masyarakat Aceh yang memiliki tradisi meugang.
Yakni masak dan makan daging sehari sebelum puasa.
Syukurnya, di tengah beban ekonomi yang berat bagi masyarakat miskin, semangat saling peduli dari kalangan yang mampu masih hidup di tengah-tengah masyarakat.
Banyak orang kaya, komunitas, organisasi, dan lain-lain yang menyedekahkan daging meugang dan sembako kepada masyarakat tak mampu.
Semoga mereka dapat bermakmeugang dengan penuh ceria untuk menyambut Ramadhan.
Kita tidak sangat menolak kebijakan pemerintah yang berdanpak pada tingginya biaya hidup.
Yang kita pertanyakan --seperti juga disorot oleh banyak pengamat-- mengapa pemerintah menaikkah tarif PPN, harga BBM, dan lainnya secara bersamaan dan dalam waktu yang tidak tepat? Mestinya, penaikan harga BBM tidak bersamaan waktunya dengan penaikan tarif PPN.
Demikian juga, penaikan harga BMM tidak bersamaan pula dengan penyetopan penjualan premium dan di tengah krisis minyak solar di berbagai daerah.
Tapi, sebagai muslim kita harus melihat semua fenomena yang menyulitkan itu adalah ujian kesabaran bagi kita di bulan Ramadhan ini.
Sebab, Ramadhan disebut juga sebagai syahrus shabr atau bulan kesabaran.
Dikatakan demikian karena pada bulan ini umat Islam dilatih untuk bersabar melalui ibadah puasa.
Menahan lapar adalah latihan sabar.
Menahan dahaga adalah latihan sabar.
Menahan agar tidak marah adalah latihan sabar.
Menahan untuk tidak mengumpat adalah latihan sabar.
Kesabaran juga harus diimplementasikan dalam meninggalkan kemaksiatan dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Orang yang mampu meninggalkan kemaksiatan, khususnya kemaksiatan emosional, seperti marah, disebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang yang kuat, secara hakiki.
Sebab ia telah mampu bersabar atas apa yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Nah?!
Baca juga: Pemerintah Bisa Dianggap Zalim Jika Harga Bahan Pokok Naik dan Langka
Baca juga: Harga Bahan Pokok Naik dan Langka, MPU Aceh: Pemerintah Bisa Dianggap Zalim