Kupi Beungoh
Dari Jualan Buah di Takengon, Nuraini Antarkan 10 Anaknya Raih Kesuksesan
Nuraini (71) sadar bahwa pendidikan adalah bentuk investasi strategis yang berperan sangat penting bagi masa depan anak-anaknya.
Oleh: Hasan Basri M. Nur
SERAMBINEWS.COM - Nuraini (71) sadar bahwa pendidikan adalah bentuk investasi strategis yang berperan sangat penting bagi masa depan anak-anaknya.
Tanpa modal pendidikan, seseorang akan jatuh ke jurang kebodohan dan kemiskinan. Kebodohan dan kemiskinan kerapkali mendorong seseorang jatuh ke jurang kejahatan.
Nabi bersabda: Kaada al-faqru an yakuuna kufra. Artinya, kefakiran/kemiskinan dekat dengan kekufuran/kejahatan.
Itulah sebabnya, Nuraini bersama suami (kini almarhum) berusaha keras untuk menyekolahkan 10 anak-anaknya ke jenjang tinggi agar mereka cerdas, berakhlak dan mendapatkan kedudukan sosial yang layak.
“Kami mengirim anak-anak untuk kuliah ke Banda Aceh. Pendidikan itu sangat penting. Mereka harus belajar agar masa depannya cerah,” kata Nuraini, pedagang grosir buah-buahan di Pajak Paya Ilang, Takengon, Kamis (23/6/2022).
“Setelah tamat anak yang satu, kami kirim lagi adiknya. Demikian seterusnya hingga semuanya mendapatkan kesempatan mengecap pendidikan tinggi,” carita Nuraini penuh inspirasi.
Baca juga: Bloh Lam Apui, Tradisi Warisan Indatu Khas Samatiga Aceh Barat
Baca juga: Potensi Wisata Melimpah, Aceh Butuh Sentuhan Pengusaha Visioner
Selain berdagang buah di pasar, Nuraini juga memiliki beberapa lahan kebun yang disewakan. Semua pendapatannya dialokasikan untuk investasi pendidikan anak-anaknya.
Sejak dua tahun lalu suami Nuraini telah meninggal dunia. Usaha dagang buah-buahan di Pajak Paya Ilang tetap dilanjutkan oleh Nuraini.
“Terkadang anak-anak melarang saya untuk berjualan di pasar. Tapi saya tak bisa duduk berdiam diri yang tanpa aktivitas. Saya merasa sakit dan lemah jika hanya duduk-duduk dan tidur saja,” ujarnya penuh semangat.
“Setiap pagi, usai Shalat Subuh, saya berjalan kaki dari rumah ke pasar. Ini adalah bagian olahraga rutin yang saya lakukan. Kebetulan rumah saya dekat dari pasar ini,” sambung Nuraini.
Dia melanjutkan, 7 anaknya saat ini bekerja dan membuka usaha di Takengon, yaitu 3 orang bekerja di rumah sakit, 1 orang di kantor bupati, 1 orang menjadi pengusaha kopi, 1 orang pengusaha alat musik, dan 1 orang memiliki usaha bengkel mobil.
Sementara 3 anaknya yang lain bekerja di luar Aceh, yaitu 1 orang di kantor pajak DKI Jakarta serta 2 orang menjadi guru di Depok Jawa Barat.
“Saya pernah beberapa kali mengunjungi anak yang tinggal di Jakarta dan Depok,” katanya.
Di usia senja, Nuraini mengaku bahagia ketika melihat semua anaknya sukses dan taat beribadah. Semua biaya yang telah dia investasikan untuk menyekolahkan anak-anak tidak sia-sia.
Setelah menyekolahkan semua anaknya, kini Nuraini lebih banyak berbagi atas sebagian pendapatannya dari usaha dagang buah. Bersedekah dan berkurban menjadi bagian penting dalam kehidupan sosialnya.
Baca juga: Melihat Kegigihan Darmiati, Janda “Eksportir” Pisang Asal Laweung Pidie
Baca juga: Berkat Kerja Sambil Kuliah, Kini Suryadi Jadi Toke di Banda Aceh
Sewa Lapak Murah
Nuraini berterimakasih kepada Pemkab Aceh Tengah yang meringankan biaya sewa lapak di Pasar Paya Ilang Takengon.
“Iuran sewa lapak di sini hanya Rp 2 ribu per hari. Saya menyewa 3 kavling lapak untuk keperluan dagang buah,” katanya.
Dr Hasan Basri Ahmad MA, dosen Pascasarjana UIN Ar-Raniry yang ikut berbelanja di Pasar Paya Ilang mengatakan, Pemkab Aceh Tengah sangat bijak atas murahnya biaya sewa lapak di Pasar Paya Ilang.
Dia menyarankan agar Pemkab-pemkab lain di Aceh, termasuk di Kota Banda Aceh, juga berbuat hal serupa.
“Kalau harga sewa lapak hanya Rp 2 ribu, maka tak ada alasan bagi warga mengatakan tidak ada modal dan tidak mau berusaha dalam mengubah nasib,” ujar Hasan Basri Ahmad yang bertugas sebagai hakim dalam MTQ ke-35 tahun 2022 di Kabupaten Bener Meriah.
Baca juga: Kenapa Anies Baswedan Rileks Saja?
Ke Tanah Suci
Dari usaha itu, Nuraini mengaku sudah dua kali pergi umrah ke tanah suci Mekkah. Untuk naik haji, seharusnya Nuraini berangkat pada tahun 2021 lalu. Akan tetapi, wabah Covid-19 sedang melanda dunia, maka ibadah haji pun dibatalkan.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2022 ini jamaah haji dibatasi untuk yang berusia di bawah 65 tahun. Sementara Nuraini sudah kini memasuki usia 71 tahun.
Nuraini harus bersabar dan berharap kondisi dunia segera pulih ke keadaan normal agar ia dan calon jamaah haji lainnya dapat segera menunaikan rukun Islam ke-lima tahun depan. Semoga!
Bener Meriah, 25 Juni 2022
Penulis, Hasan Basri M. Nur adalah Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, email: hasanbasrimnur@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.