Kupi Beungoh
Aceh dan Kepemimpinan Militer (V) - Alaiddin Riayat Syah, Sulaiman Agung, dan Laksamana Kortuglu
Di Istana Topkapi ada surat Sultan Aceh Alaiddin Riayat Syah, yang tersimpan dengan baik, kepada penguasa Ottoman pada masanya, Sultan Sulaiman Agung
Ia memperluas kawasan Ottoman ke Hungaria, kawasan Balkan, sebagian Rusia, dan bahkan mendekati kota Wina di Austria.
Apa yang menarik tentang Alaiddin adalah, kemampuannya menempatkan Aceh sebagai sebuah kerajaan dalam konstalasi persaingan antarnegara pada abad ke 16.
Ia membaca dengan cepat kepentingan bangsa-bangsa Eropa dalam akumulasi kekayaan dengan penjajahan, utamanya melalui komoditi rempah.
Ketika kerajaan-kerajaan di Nusantara kecil dan lemah, mereka menyerang dan menjajah.
Namun jika saja kerajaan itu hebat dan kuat, seperti Aceh dan Siam, mereka berdagang dan menjadikannya sahabat.
Pengalaman ayahnya, Mughayatsyah, tentang rentannya kerajaan-kerajaan kecil Aceh terhadap Portugis adalah pelajaran pertama Alaidin dalam melihat dinamika pencaplokan wilayah bangsa penjajah.
Malaka yang awalnya menyambut baik kedatangan Portugis, dua tahun setelah itu diserang, dan dikuasai.
Alaidin juga tahu permainan Portugis di Pasai selama beberapa tahun, terutama dengan menggunaan taktik membelah dan menguasai.
Misi penyebaran agama Nasrani Portugis dan kepentingan penguasaan ekonomi wilayah juga dibaca dengan cepat oleh raja Aceh ketiga itu.
Kedatangan dan penguasaan Portugis di Malaka membuat pusat perdagangan kawasan yang menghubungkan seluruh kerajaan Nusantara dengan Cina, India, Timur Tengah, Turki, dan Eropa bergerak cepat.
Seperti ditulis oleh Anthony Reid, dalam bukunya, Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450–1680. Vol. 2 (1993), periode abad 15-16, kawasan Asia Tenggara mengalami revolusi komersial, terutama dengan perdagangan rempah dan hasil bumi lainnya.
Malaka hanya perkembangan lanjutan dari penetrasi Portugis di Asia dan pertama di Nusantara.
Penguasaan Melaka oleh Portugis membuat dinamika perdagangan kawasan menjadi terganggu.
Nexus perdagangan laut antara Asia Tenggara, dengan Eropa terganggu dengan kedatangan Portugis.
Peran pedagang Gujarat India dan Arab melalui laut dan darat ke Eropa lewat Venesia, kini dikacaukan dengan beralihnya kepemilikan pelabuhan Melaka.