Kupi Beungoh
Takengon Memang Mengangenkan, Tapi e-Money Masih Kesulitan
Selain panoramanya yang indah menawaan, cuaca dingin Tanoh Gayo mengingatkan saya saat kuliah di Kota Malang.
Memang, masih banyak hal yang harus dibenahi oleh Pemkab dan Dinas Pariwisata Aceh untuk menggenjot wisatawan di Takengon.
Di antara hal yang perlu ditangani segera adalah soal sampah plastik yang masih banyak ditemukan berserak di pinggir jalan, kutipan uang parkir dan tiket masuk lokasi wisata, yang masih belum dikelola secara profesional.
Dan yang paling terasa adalah kesulitan dalam melakukan berbagai transaksi pembayaran makanan, karena kebanyakan tidak menyediakan fasilitas pembayaran virtual, alias harus dilakukan dengan uang tunai.
Ini memang kesulitan terbesar yang saya rasakan ketika berliburan ke Takengon, karena di Banda Aceh saya terbiasa bertransaksi dengan uang virtual alias e-money.
Saya jarang sekali membawa uang tunai lebih dari 500 ribu di dalam kantong.
Sehingga ketika berada di Takengon, saya sangat merasa kesulitan, karena sangat sedikit toko dan restoran, apalagi warung kopi di Takengon yang menyediakan fasilitas transaksi virtual.
Sebenarnya ada solusi, yakni tarik uang tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sebelum makan maupun berbelanja.
Tapi masalahnya lagi, jumlah mesin ATM di Takengon juga tidak terlalu banyak, kalau tidak bisa dibilang langka untuk sebuah kota yang sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata.
Apalagi, kita di Aceh hanya punya dua bank, yakni Bank Aceh dan Bank Syariah Indonesia (BSI), sehingga pilihan ATMnya juga semakin sulit.
Saya agak terkejut dengan kondisi ini di Takengon, mengingat Pemerintah Aceh sedang giat mempromosikan Takengon sebagai kota tujuan wisata unggulan di Aceh.
Praktis, Takengon saban hari dikunjingi oleh banyak orang luar yang memang sudah terbiasa dengan transaksi digital.
Pembayaran Nontunai Semakin Dibutuhkan
Saya membayangkan, sebagai destinasi wisata unggulan, Takengon harusnya seperti beberapa negara yang sudah tidak lagi menggunakan transaksi uang tunai seperti; Swedia merupakan negara yang melakukan transaksi nontunai terbanyak di dunia.
Untuk diketahui, transaksi dengan menggunakan uang tunai telah menurun drastis sejak 2016.
Tercatat hanya sebesar 1% penggunaan uang tunai, baik koin maupun kertas pada tahun 2016.