Kupi Beungoh
Takengon Memang Mengangenkan, Tapi e-Money Masih Kesulitan
Selain panoramanya yang indah menawaan, cuaca dingin Tanoh Gayo mengingatkan saya saat kuliah di Kota Malang.
Pada tahun 2020, angka tersebut pun kembali turun.
Toko-toko dan bisnis yang ada di Swedia diizinkan secara hukum untuk menolak pembayaran tunai.
Tak hanya itu, sebanyak 900 dari 1.600 cabang bank di Swedia tidak berurusan dengan uang tunai.
Penerapan cashless di negara bertumbuh pesat disertai dengan penyediaan fasilitas digitalnya.
Hal ini justru mampu menurunkan tingkat pencurian di negara tersebut.
Korea Selatan juga menjadi salah satu negara yang jarang menggunakan uang tunai.
Aktivitas pembayaran nontunai di Negeri Ginseng ini banyak dilakukan. Pada April 2017, Korea Selatan mulai mengurangi uang koin mereka dengan meluncurkan uji coba.
Uji coba ini dilakukan dengan memberikan penawaran kepada pembeli untuk mengisi ulang kartu T-Money, sebagai kartu prabayar yang banyak digunakan di kota-kota di seluruh negeri.
Kartu prabayar ini merupakan salah satu langkah Korea Selatan meningkatkan cashless di negara ini.
Pemerintah Korea Selatan bahkan memberikan keuntungan khusus bagi masyarakat yang memilih untuk menggunakan pembayaran nontunai.
Pembayaran nontunai di China juga terbilang tinggi.
Sebagian besar masyarakat China menggunakan dua sistem pembayaran paling populer yakni Alipay dan WeChat Pay.
Dua sistem ini menggunakan pemindai kode QR untuk transaksi pembayarannya.
Denmark juga menjadi salah satu negara yang paling jarang pakai uang tunai.
Pembayaran non tunai di Denmark juga terbilang tinggi.
Hampir sepertiga dari populasi warga di Denmark menggunakan ponsel sebagai alat pembayaran.
Tak hanya itu, semua toko pakaian, restoran, hingga SPBU diperbolehkan untuk menolak pembayaran yang menggunakan uang tunai
Inggris juga sudah jarang menggunakan uang tunai sejak tahun 2015, hingga pada tahun-tahun berikutnya, kartu kredit, pembayaran online, dan pembayaran tanpa kontak menjadi pengganti pembayaran tunai di Inggris.
Tak hanya itu, uang tunai tidak lagi diterima sebagai pembayaran transportasi umum di Inggris.
Jumlah ATM yang tersedia pun semakin berkurang.
Baca juga: Reje di Aceh Tengah Minta Menparekraf Datang ke Gayo
Baca juga: Museum Negeri Gayo Miliki 370 Benda Bersejarah
Harapan kepada Bank Aceh
Sepertinya, harapan saya terlalu besar jika ingin di Aceh, khususnya di Takengon sebagai kota destinasi wisata ingin seperti negara-negara tersebut,.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika semua pihak, baik pemerintah daerah maupun perbankan, serius dalam menjalankan visi dan misinya.
Apalagi jika dikaitkan dengan visi misi Bank Aceh Syariah yang merupakan bank milik Pemerintah Aceh, rasanya sangat relevan dengan harapan saya.
Bank Aceh berulang kali menyatakan tekad menjadi penggerak perekonomian Aceh dan pendukung agenda pembangunan daerah dalam memberi layanan terbaik dan lengkap, berbasis TI untuk semua segmen nasabah, terutama sektor usaha kecil, menengah, sektor pemerintah maupun korporasi.
Namun sepertinya, ini baru sebatas visi misi, belum masif di tataran implementatif.
Oleh karena ini, saya mendorong agar Bank Aceh sebagai banknya ureung Aceh hadir lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan visi misinya untuk mewujudkan Aceh, khususnya Takengon sebagai Kawasan Transaksi Nontunai, seperti di beberapa negara yang telah saya sebutkan di atas. SEMOGA
*) PENULIS adalah Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA).
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI