Kupi Beungoh
Inovasi dan Digitalisasi Demi Pendidikan Aceh
Kewajiban meningkatkan mutu pendidikan Aceh menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Aceh, dunia kampus, orang tua, masyarakat
Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH*
Hiruk pikuk seputar mutu pendidikan Aceh sering muncul ke permukaan, mewarnai perbincangan masyarakat terutama di media sosial.
Namun permasalahan kompleks yang dialami dunia pendidikan tidak dapat diselesaikan hanya dengan komentar atau diskusi bebas di warung kopi, tetapi harus melibatkan seluruh pihak secara bersamaan.
Kewajiban meningkatkan mutu pendidikan Aceh menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Aceh, dunia kampus, orang tua, masyarakat, serta berbagai lembaga swasta.
berbagai cemoohan sering kita dengar terkait mutu pendidikan Aceh, kadang kala dengan nada pesimis netizen berkomentar kecewa karena dengan anggaran yang besar, kualitas pendidikan Aceh tidak lebih baik dari daerah lain yang tidak menyandang status Otonomi Khusus.
Misalnya ketika Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi ( LTMPT ) mengumumkan Top 1000 Sekolah SMA/SMK dan MA Tahun 2022 berdasarkan Nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), tidak satupun sekolah di Aceh masuk 100 besar.
Baca juga: Peluang dan Tantangan Pendidikan di Era Pj Gubernur Aceh
SMA Negeri Modal Bangsa Aceh sebagai sekolah yang sangat favorit di Aceh, pada tahun 2022 menduduki peringkat ke-157 secara nasional.
Perangkingan tersebut bukanlah satu-satunya cara untuk mengukur kualitas pendidikan di Aceh, tetapi publik menganggap perangkingan tersebut sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan saat ini.
Namun secara konprehensif kita tidak boleh pesimis, karena jika semua pihak berkolaborasi, sangat besar kemungkinan mutu pendidikan Aceh akan terus membaik.
Semua pihak harus ikut berkontribusi dan memberikan alternatif solusi, bukan hanya menyorot atau menyalahkan satu pihak, tanpa ada solusi untuk meyelesaikannya.
Digitalisasi
Di era revolusi 4.0 dan 5.0 digitalisasi menjadi kebutuhan utama dan tidak bisa dielakkan lagi, ini menjadi the choice of no choise yang harus dihadapi semua orang.
Digitalisasi telah merambah semua aspek kehidupan, mulai dari sosial, pendidikan, politik, budaya, serta ekonomi.
Sehingga mengakibatkan banyak lembaga keuangan yang menutup kantor cabang karena beralih ke digital, dan tentunya biaya investasi digital lebih murah daripada membangun kantor-kantor.
Bank Indonesia (BI) mencatatkan pada Februari 2022, nilai transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 41,35 persen, sedangkan nilai transaksi digital banking meningkat 46,53 % .