Kupi Beungoh
Patahnya Sayap Muhammadiyah di Samalanga
Pelarangan pembangunan Masjid Muhammadiyah di Sangso, Samalanga, adalah salah satu contoh tentang bagaimana program literasi itu tidak berjalan...
Patah Sayap
Selain sikap kurang toleran (kalau boleh kita menyebut begitu) dari sebagian kalangan yang menolak pembangunan masjid, saya juga merasa heran dengan Muhammadiyah yang hingga saat ini terkesan belum mampu mengadvokasi dirinya sendiri.
Sebagai organisasi besar, sudah semestinya Muhammadiyah melacak apa yang menjadi akar penolakan pembangunan masjid di sana. Dilihat dari durasi waktu tertundanya pembangunan masjid yang dimulai sejak 2015 sudah seharusnya Muhammadiyah mengidentifikasi tokoh-tokoh utama yang melakukan penolakan untuk kemudian membuka dialog secara intens agar suasana menjadi cair.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah harus disadarkan kembali bahwa mereka adalah organisasi besar yang sayapnya terkepak di seantero Nusantara.
Bagaimana mungkin kemudian sayap Muhammadiyah justru patah di Samalanga – satu kawasan yang pernah menjadi lumbung modernis di masa lalu? Tentunya Muhammadiyah juga perlu mengevaluasi diri agar benang kusut di Samalanga bisa segera diurai.
Baca juga: Mengenal Moderasi Beragama
Semoga saja Samalanga yang harmoni segera terwujud, sebab kita sudah jengah dengan toleransi yang tak kunjung membaik. Kita berharap tak lama lagi pimpinan-pimpinan Muhammadiyah bisa minum kopi bersama tokoh-tokoh dayah di Samalanga sembari bercanda ria.
*) PENULIS adalah Penulis buku Habis Sesat Terbitlah Stres (2017)
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI