Kupi Beungoh

Orang Aceh, Antara Fanatisme dan Histeria

SEBAGIAN besar orang Aceh sepertinya tidak akan membantah apabila disebut fanatik, sebab sikap tersebut telah mendarah daging sejak lama,

Dok Pribadi
Khairil Miswar, Penulis Buku Demokrasi Kurang Ajar (2019) 

Kisah si penceramah ini memberi gambaran kepada kita bagaimana sebagian orang Aceh begitu histeris tatkala mendengar informasi-informasi aneh yang dibalut dengan ayat-ayat Tuhan.

Histeria yang demikian membuat sikap kritis kehilangan daya sehingga semua orang larut dan terpedaya.

Histeria sebagian orang Aceh juga dapat dilihat ketika ada tokoh-tokoh yang memuji Aceh dengan cerita-cerita heroik.

Sebut saja UAS dan Riziq yang dalam beberapa kunjungannya ke Aceh kerap menceritakan sejarah Aceh masa lalu dengan penuh emosional sehingga memantik keterkejutan terdalam  dari orang-orang Aceh – bahwa UAS dan Riziq sangat memahami Aceh.

Baca juga: Transportasi Publik Berkeadilan yang Ramah Disabilitas

Baca juga: Agama dan Perdukunan

Padahal, bagi seorang penceramah dan tokoh publik, menceritakan kisah-kisah heroik di setiap daerah yang dikunjunginya adalah wajar belaka. Sama saja seperti ketika Barack Obama mengunjungi Jakarta – juga melakukan hal serupa – mencoba berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sebagai satu strategi mencairkan suasana dengan maksud terbinanya keakraban. Namun orang-orang kita menyambutnya dengan histeria.

Kita juga ingat bagaimana histerianya sebagian orang Aceh ketika Prabowo tampil sebagai calon presiden. Hanya karena disebut-sebut mendapat dukungan ulama dan habaib, sosok Prabowo yang ketika masa konflik dihujat dan dicaci justru kemudian di sanjung puji.

Sosok Prabowo yang dulunya digambarkan sebagai “malaikat maut” seketika berubah wujud menjadi “malaikat rahmat.” Semua karena histeria.

Anies Calon Presiden
Baru-baru ini histeria sebagian orang Aceh kembali meletup pasca ditetapkannya Anies Baswedan sebagai calon presiden oleh Nasdem.

Pandangan “miring” terhadap Nasdem yang sempat mengemuka ketika memberi dukungan kepada Ahok seketika saja hilang. Saat itu Nasdem digempur habis-habisan dan dijuluki “partai penita agama” oleh mayoritas masyarakat Muslim, tak terkecuali Aceh. Bahkan sosok Paloh yang dikenal sebagai orang Aceh tidak mampu meredam kemarahan sebagian orang Aceh terhadap partai ini.

Tapi apa yang terjadi sekarang? Kebencian yang dulunya muncul karena fanatisme tampak lebur dan berubah wujud menjadi “tiba-tiba cinta.” Begitulah histeria memainkan perannya.

Melihat fenomena demikian, saya jadi berpikir, bagaimana seandainya Anies didukung oleh Megawati dan PDI Perjuangan? Apakah histeria orang Aceh akan kembali meledak?

Bireuen, 6 Oktober 2022

*Khairil Miswar, Penulis Buku Demokrasi Kurang Ajar (Zahir Publishing, 2019).

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggungjawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved