Kupi Beungoh
Anies, Robert Moses dan Keadilan Spasial
Keadilan spasial Anies tidak selesai dengan persoalan reklamasi Teluk Jakarta, namun ia juga berhadapan dengan persoalan relokasi warga
Namun ia lebih tahu dalam memilih dan memilah. 2,7 triliun pajak dari PBB. 10 persen dari total 27 triliun pajak DKI pada tahun 2021 dilepas untuk kemaslahatan publik yang lebih besar.
Ia sadar tidak ada seleksi alam yang paling brutal dalam pemukiman dan kehidupn manusia seperti apa yang terjadi di kawasan perkotaan.
Jika tanah sebagai sumber daya alam ditarik garis gurus dengan PBB, maka mekanisme seleksi alam hukum Darwin akan bekerja.
Baca juga: Nyeri di Pinggang Tanda Penyakit Ginjal? Simak, Ini Ciri-Ciri Sakit Pinggang Akibat Gangguan Ginjal
Akan terjadi “pembersihan” kawasan, dan strata ekonomi terendah masyarakat akan keluar, tergusur dengan sendirinya, dan secara perlahan akan terus menggerus ke atasnya, sampai semua kawasan akan bersih dan hanya satu kelas-kaya, yang menguasasinya.
Bagi Anies, jika PBB tidak dijinakkan di Jakarta, maka pajak itu akan menjadi instrumen ampuh untuk Mentengnisasi dan Pondok Indahnisasi berbagai kawasan lain di Jakarta.
Ketika itu terjadi, maka segregasi sosial tak bisa terbendungkan, dan itu adalah hulu ledak ampuh untuk ketimpangan dan konflik sosial.
Seperti biasa, publik juga tahu, kelompok kaya mana, atau tepatnya etnis apa yang akan dominan ketika “pembersihan” kawasan terjadi.
Tanpa harus berpretensi rasis, ketika perkawinan segregator etnis dan segregator pendapatan di sebuah ibu kota negara terjadi, maka hulu ledak konflik sosial akan menjadi abadi, dan dapat menggelegar setiap saat.
Baca juga: VIDEO Anies Baswedan Duduk Semeja dengan SBY dan JK, Sinyal Positif Menuju RI 1?
Sampai di sini isu keadilan spasial-tepatnya keadilan sosial Anies telah bertemu dengan sekutunya yang terdekat, persatuan Indonesia
Langkah keadilan spasial Anies tidak hanya berhenti menghempang reklamasi, memanusiakan warga relokasi kawasan, dan membuat pagar struktural ketimpangan penguasaan lahan antar kelas di Ibu Kota.
Lebih dari itu ia membuat ruang publik, bahkan ruang publik hijau terhebat dalam sejarah Jakarta.
Ia membuat sistem tranportasi publik yang tidak hanya terpadu, namun, murah, aman, nyaman, dan berbasis elektronik dan digital.
Hasil yang segera terlihat, jumlah penumpang kenderaan umum yang hanya 350.000 pada tahun 2016 dalam masa kepemimpinannya-2020 telah menjadi 1 juta pengguna.
Hampir seluruh penjuru Jakarta kini tersambung dengan sistem tarnsportasi terpadu. Uniknya kenderaan umum menjadi pembaur lintas kelas yang menetralkan stratifikasi sosial secara tajam.
Manager, bahkan CEO, yang menggunakan pakaian komplit jas dan dasi, kini duduk bersebelahan dengan rakyat biasa dalam sebuah angkutan yang sama dengan kenyamanan yang sama.
Sebuah elemen “abstrak” pembangunan kota yang telah hilang di banyak kota di dunia dan bahkan di Jakarta, kini telah muncul kembali.
Kebersamaan, kesetaraan, dan keguyuban yang dicurigai akan sirna karena modernitas, perlahan mulai mulai mencari bentuk baru yang substansinya sama.
Pembangunan trotoar yang dikerjakan oleh pemerintah DKI dalam beberapa tahun terakhir sepanjang 341 kilometer adalah capaian spektukaler sebuah ibu kota negara “new emerging market..”
Baca juga: Anies, “Filsafat Bukuem”, dan Feeling Politik Surya Paloh
Trotoar kemudian menjadi katalisator inklusivitas warga, asuransi kesehatan murah yang menyenangkan, instrumen keadilan lingkungan, sarana memperkuat percaya diri individu, dan perajut “we feeling” yang sangat ampuh.
Pengalaman Anies membangun sukses Jakarta selama lima tahun memberikan banyak pelajaran.
Satu diantaranya adalah kemampuannya membalikkan prinsip Robert Moses tentang “keniscayaan korban” seperti yang banyak diikuti oleh pembangun berbagai kota di dunia, termasuk seperti yang dilakukan oleh pendahulunya.
Anies membuat omelet baru , bahkan sama sekali tak menggunakan telur ayam. Omelet itu enak, gurih, dan sehat. Omelet itu adalah omelet vegetarian.
*PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel Kupi Beungoh Lainnya di SINI