Jurnalisme Warga
Stunting, Penyebab atau Akibat dari Kemiskinan?
Menghadapi keterbatasan finansial sehingga menghambat kemampuan mereka untuk mengakses makanan yang aman, cukup, dan bergizi

Saya dikejutkan dengan fakta dan realitas yang terjadi di lapangan.
Dari sepuluh rumah yang saya kunjungi, delapan di antaranya belum memiliki jamban.
Saat ditanyai, mereka mengaku tidak memiliki uang untuk membangun jamban di dalam rumahnya.
Di sisi lain, warga setempat juga lebih nyaman membuang hajat di semak-semak kebun atau di pinggir sungai.
Selain dapat menikmati angin alam yang berembus, mereka menganggap kebiasaan tersebut lebih praktis.
Akses terhadap air bersih juga menjadi persoalan di desa ini.
”Di sini air pet sering mati, Dek.
Biasanya kami harus beli air galon (air minum isi ulang).
Baca juga: Suplai Air Bersih dan Sanitasi Berkontribusi dalam Pencegahan Stunting
Setiap hari ada orang yang jual air datang ke sini,” ujar seorang ibu paruh baya.
Saya mendapati adanya WC umum di beberapa sudut desa.
Tempat tersebut hanya digunakan oleh segelintir warga untuk mandi dan buang hajat.
Sedangkan yang lain, lebih memilih untuk ke sungai.
Air galon yang biasanya dijual ke desa ini, dibawa dari Desa Kajhu dan digunakan hanya sebatas untuk konsumsi kebutuhan air minum keluarga saja.
Untuk mencuci pakaian, seminggu sekali para ibu membawa pakaian keluarganya ke sungai.
Di desa lain yang saya kunjungi, yaitu Desa Lamteube Mon Ara, Kecamatan Kuta Baro, terdapat ibu-ibu yang mempunyai balita dan masih minim pengetahuannya soal MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).