Kupi Beungoh
PA jadi Partai Terbuka, Mimpi Terliar Mualem?
“Beyond One’s Wildest Dream” begitulah tulisan kecil namun terbaca dengan sangat jelas di oblong hitam yang dipakai Mualem.
Artinya, orang-orang mendukung serta memberi kepercayaan (suara) kepada tokoh-tokoh yang ada di Partai Aceh lebih karena alasan mereka yang bergabung dalam Partai Aceh dinilai memiliki jiwa Tiro-is-me.
Jadi, kader di Partai Aceh lah yang dianggap paling progresif untuk mewujudkan apa yang disebut Aceh interest, tentu dalam perspektif yang baru.
Itu artinya, untuk meraih kembali kepercayaan rakyat, agar bisa kembali berjaya, solusinya jelas rekrutmen yang selektif, menempuh jenjang sesuai level pengkaderan, sehingga kader berjuang di legislatif dan eksekutif dengan spirit ideologis.
Dengan begitu, perjuangan berbasis Aceh interest terwujud.
Dengan membuka diri untuk dimasuki oleh siapa saja, apalagi tanpa diikuti dengan pengkaderan dan tidak melewati jenjang, asal penempatan dan asal memberi kepercayaan, yang berlaku justru potensi kooptasi partai.
Kader-kader yang menempati kursi-kursi legislatif atau memegang kepemimpinan di eksekutif akan berjalan sendiri-sendiri, semaunya, tanpa berpijak dan bersandar pada kesadaran ideologi perjuangan partai.
Inilah yang membuat partai politik kehilangan daya pikatnya di hadapan publik.
Tapi, bagi yang ingin meraih nomor urut di Pileg, sekedar untuk mendapat surat dukungan di Pilkada, pasti para petualang politik akan mendorong partai manapun untuk melepas diri dari kesadaran ideologis, bahasa cantiknya menjadi partai terbuka.
Jika dikemudian hari sudah tidak bisa dimanfaatkan maka tanpa halangan, tanpa merasa bersalah, siap mencari partai politik lain sebagai perahu atau raket bak pisang.
Baca juga: Tak Lagi Jabat Jubir PA, Nurzahri Sampaikan Terima Kasih ke Mualem
Tiroisme dan Daya Ledak Pemikiran Aceh
Menurut saya, Tiroisme yang berisi pemikiran-pemikiran progresif Hasan Tiro sebagai ideolog Partai Aceh masih mengandung daya pikat yang kuat di tengah politik nasional yang kembali cenderung mengarah ke nasionalisme sempit.
Problem keindonesiaan saat ini, mengikuti ceramahnya Rocky Gerung baru-baru ini di Aceh, mengisyaratkan penting tumbuh kembang kembali pemikiran yang merdeka dari berbagai penjuru negeri, terkhusus Aceh.
Dan pasti, secara nasional orang-orang sedang menunggu “daya ledak” pemikiran dari Aceh, yang dahulu pernah hadir dengan pemikiran-pemikiran berani, sebagaimana pemikiran Hasan Tiro muda tentang Demokrasi untuk Indonesia.
“Daya ledak” pemikiran berani inilah yang tidak terlihat dari dapur ideologi Partai Aceh yang harusnya mengepulkan “asap wangi pemikiran” yang menarik minat banyak orang untuk bersetuju dengan ideologi, pemikiran, cita-cita, perjuangan sehingga tergerak untuk mengikuti sekolah pengkaderan Tiroisme Partai Aceh sebelum mendeklarasikan bergabung dalam wadah partai.
Buktinya, tidak terjadi percakapan publik di warung-warung orang dewasa atau cafe-cafe milenial atas gagasan yang diproduksi dari dapur pengkaderan Partai Aceh.
Mubes Partai Aceh
Muzakir Manaf
Mualem
Irwandi Yusuf
Opini Kupi Beungoh
Risman Rachman
Serambi Indonesia
Berita Serambi hari ini
opini serambi
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.