Kupi Beungoh
PA jadi Partai Terbuka, Mimpi Terliar Mualem?
“Beyond One’s Wildest Dream” begitulah tulisan kecil namun terbaca dengan sangat jelas di oblong hitam yang dipakai Mualem.
Yang terjadi di warung kopi, cafe dan medsos justru perbincangan-perbincangan yang kontra produktif bagi masa depan elektoral partai.
Secara nasional, kegelisahan pada eksistensi partai yang kehilangan ideologisnya juga meliputi tokoh politik nasional seperti Megawati dan Yusril Ihza Mahendra.
Keduanya adalah tokoh politik yang menjadikan PDIP dan PBB sebagai partai ideologis dengan ideolog masing-masing, Soekarno untuk PDIP dan Muhammad Natsir untuk PBB.
Mengutip Yusril Ihza Mahendra dalam acara Indonesia Lawyer Club, yang namanya partai politik itu pada dasarnya, memang tertutup.
Jadi, hanya yang setuju dengan ideologi dan pemikiran serta cita-cita perjuangan saja yang bersedia bergabung.
Yusril juga memiliki kekuatiran jika orang-orang dengan bebas masuk, bebas mendapat nomor urut, bebas mendapat surat dukungan, apalagi tanpa menjiwai ideologi partai, dan tanpa berproses dalam pengkaderan.
Itulah mengapa PDIP dan PBB menawarkan untuk kembali ke sistem proporsional tertutup untuk Pemilu 2024 mendatang.
Alasan Yusril karena demokrasi Indonesia telah mengalami pergeseran dari kekuatan rakyat menjadi kekuatan uang, kekuatan modal.
Saat ini, kata Yusril, orang tidak perlu dikader, dididik di partai dan tidak perlu harus berjenjang dari bawah dalam kepengurusan.
Hanya karena punya uang, populer, langsung direkrut jadi caleg dan ketika terpilih, akhirnya jadi anggota legislatif yang jauh dari harapan partai.
Sampai di sini, saya kurang sependapat dengan Yusril.
Pengkaderan agar memiliki kesadaran ideologis dan kesiapan untuk berjuang dengan sungguh-sungguh di legislatif dan eksekutif tidak harus mengubah sistem pemilu saat ini.
Kunci utamanya adalah partai yang disiplin menjalankan aturan partai.
Jadi, siapapun yang ingin bergabung haruslah terlebih dahulu mengikuti pendidikan politik dan setelah menerima ideologi partai baru diterima menjadi anggota dan disiplin mengikuti jenjang pengkaderan dari bawah, tidak langsung mendapat tiket untuk menjadi calon anggota legislatif atau mendapat tiket untuk diusung sebagai calon kepala daerah.
Kalau begitu, tulisan di baju Mualem “Beyond One’s Wildest Dream” harus diwujudkan dengan sesuatu yang melampaui mimpi orang banyak yaitu partai yang memproduksi gagasan berani dan kerja yang berani juga untuk Aceh interest.
Bek haba dan but meunan-meunan laju.(*)
*) PENULIS adalah penikmat kupi pancong, berdomisili di Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Mubes Partai Aceh
Muzakir Manaf
Mualem
Irwandi Yusuf
Opini Kupi Beungoh
Risman Rachman
Serambi Indonesia
Berita Serambi hari ini
opini serambi
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.