Kupi Beungoh

PA jadi Partai Terbuka, Mimpi Terliar Mualem?

“Beyond One’s Wildest Dream” begitulah tulisan kecil namun terbaca dengan sangat jelas di oblong hitam yang dipakai Mualem.

Editor: Zaenal
Facebook/Irwandi Yusuf Page
Ketua Umum Partai Aceh (PA), Muzakir Manaf alias Mualem (kanan), memeluk Ketua Umum Partai Nanggroe Aceh (PNA), Irwandi Yusuf, pada acara penutupan Mubes III Partai Aceh, di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Minggu (26/2/2022). 

Yang terjadi di warung kopi, cafe dan medsos justru perbincangan-perbincangan yang kontra produktif bagi masa depan elektoral partai.

Secara nasional, kegelisahan pada eksistensi partai yang kehilangan ideologisnya juga meliputi tokoh politik nasional seperti Megawati dan Yusril Ihza Mahendra.

Keduanya adalah tokoh politik yang menjadikan PDIP dan PBB sebagai partai ideologis dengan ideolog masing-masing, Soekarno untuk PDIP dan Muhammad Natsir untuk PBB.

Mengutip Yusril Ihza Mahendra dalam acara Indonesia Lawyer Club, yang namanya partai politik itu pada dasarnya, memang tertutup.

Jadi, hanya yang setuju dengan ideologi dan pemikiran serta cita-cita perjuangan saja yang bersedia bergabung.

Yusril juga memiliki kekuatiran jika orang-orang dengan bebas masuk, bebas mendapat nomor urut, bebas mendapat surat dukungan, apalagi tanpa menjiwai ideologi partai, dan tanpa berproses dalam pengkaderan.

Itulah mengapa PDIP dan PBB menawarkan untuk kembali ke sistem proporsional tertutup untuk Pemilu 2024 mendatang.

Alasan Yusril karena demokrasi Indonesia telah mengalami pergeseran dari kekuatan rakyat menjadi kekuatan uang, kekuatan modal.

Saat ini, kata Yusril, orang tidak perlu dikader, dididik di partai dan tidak perlu harus berjenjang dari bawah dalam kepengurusan.

Hanya karena punya uang, populer, langsung direkrut jadi caleg dan ketika terpilih, akhirnya jadi anggota legislatif yang jauh dari harapan partai.

Sampai di sini, saya kurang sependapat dengan Yusril.

Pengkaderan agar memiliki kesadaran ideologis dan kesiapan untuk berjuang dengan sungguh-sungguh di legislatif dan eksekutif tidak harus mengubah sistem pemilu saat ini.

Kunci utamanya adalah partai yang disiplin menjalankan aturan partai.

Jadi, siapapun yang ingin bergabung haruslah terlebih dahulu mengikuti pendidikan politik dan setelah menerima ideologi partai baru diterima menjadi anggota dan disiplin mengikuti jenjang pengkaderan dari bawah, tidak langsung mendapat tiket untuk menjadi calon anggota legislatif atau mendapat tiket untuk diusung sebagai calon kepala daerah.

Kalau begitu, tulisan di baju Mualem “Beyond One’s Wildest Dream” harus diwujudkan dengan sesuatu yang melampaui mimpi orang banyak yaitu partai yang memproduksi gagasan berani dan kerja yang berani juga untuk Aceh interest.

Bek haba dan but meunan-meunan laju.(*)

*) PENULIS adalah penikmat kupi pancong, berdomisili di Banda Aceh.

Risman Rachman, Direktur Koalisi NGO HAM (2003).
Risman Rachman, Direktur Koalisi NGO HAM (2003). (SERAMBINEWS.COM/HANDOVER)

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved