Kupi Beungoh

Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh IV - Mungkinkah 5000 Yatim Konflik Menjadi “Egianus Kogeya”?

Ketika nama Tiro disebut, maka yang dimaksudkan sesungguhnya tidak hanya tunggal, melainkan “kata jamak” dalam konteks perang melawan Belanda.

Editor: Zaenal
YouTube Serambinews
NasDem belum berkoalisi dengan PKS dan Demokrat dan diisukan bakal tinggalkan partai pengusung Anies itu, sementara Guru Besar USK, Prof Humam Hamid sebut ini permainan Surya Paloh. 

Ketika Leube meninggal, Ilham berumur 20 tahun, dan beberapa tahun kemudian dengan resmi ia bergabung dengan Aceh Merdeka.

Ilham tidak sendiri dalam keluarga yang bergabung menjadi pemberontak seperti Egianus Kogeya di Papua.

Adalah abangnya, Ilham, Iklil Ilyas Leube yang sempat bersekolah di FH Universitas Muhamadiyah Jakarta, dan tamat, namun ia tetap melanjutkan perjuangan orang tuanya, Ilyas Leube bergabung dengan Aceh Merdeka.

Ia juga mengikuti adiknya menjadi Egianus Kogeya wilayah tengah selama satu tahun.

Pada tahun 1989, menghadapi operasi militer yang cukup hebat, Ilham mendapat perintah dari Hasan Tiro, untuk keluar dari Aceh, menuju Libya, untuk kemudian bergabung dengan Tiro di Swedia.

Iklil kemudian hijrah ke AS dan menjadi “die hard” GAM yang luar biasa.

Ketika saya mengunjungi AS beberapa kali dan mengirim pesan kepada Iklil ingin diskusi tentang Aceh-sesama putra Aceh, dan bahkan anak dari guru ayahnya Ilyas Leube, ia bergeming.

Status apapun yang saya bawa ke AS, aktivis HAM, advokasi perdamaian, Iklil tetap melihat saya sebagai “anjing Jakarta” -seperti yang disebutkan pada perantara.

Saya orang tak bermartabat, dan  tak layak bertemu dengan patriot Aceh Merdeka seperti Iklil.

Ketika damai, saya berteman baik dengan kedua mereka, almarhum Ilham dan Iklil, dan kami sering menjadi teman diskusi yang baik.

Saya memaafkan Iklil, walaupun ia tak pernah mengucapkan kata maaf, tetapi saya tahu “hati”nya dari muka dan bahasa tubuhnya yang terlihat. Ia “berabang” kepada saya.

Dari kedua mereka saya merasakan “residu” dan “impian” ayah mereka, Ilyas Leube, yang mendarah dalam tubuh mereka tentang Aceh yang makmur, bermartabat, dan berdaulat.

Kami kadang berdebat tentang hakekat MoU Helsinki, dan UU No 11/2006.

Ketika mereka,- seringkali Iklil- mengeluh tentang berbagai kelemahan dalam pembangunan, dan mulai berbicara tentang martabat, saya mulai menunjukkan fakta tentang kelemahan Aceh hari ini dalam bekerja.

Ketika Iklil bicara kritis tentang nasionalisme Aceh, saya menggiringnya kepada sejumlah butir ethno -nasionalisme Aceh  yang diberikan dalam UU itu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved