Kupi Beungoh
Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh IV - Mungkinkah 5000 Yatim Konflik Menjadi “Egianus Kogeya”?
Ketika nama Tiro disebut, maka yang dimaksudkan sesungguhnya tidak hanya tunggal, melainkan “kata jamak” dalam konteks perang melawan Belanda.
Ketika Leube meninggal, Ilham berumur 20 tahun, dan beberapa tahun kemudian dengan resmi ia bergabung dengan Aceh Merdeka.
Ilham tidak sendiri dalam keluarga yang bergabung menjadi pemberontak seperti Egianus Kogeya di Papua.
Adalah abangnya, Ilham, Iklil Ilyas Leube yang sempat bersekolah di FH Universitas Muhamadiyah Jakarta, dan tamat, namun ia tetap melanjutkan perjuangan orang tuanya, Ilyas Leube bergabung dengan Aceh Merdeka.
Ia juga mengikuti adiknya menjadi Egianus Kogeya wilayah tengah selama satu tahun.
Pada tahun 1989, menghadapi operasi militer yang cukup hebat, Ilham mendapat perintah dari Hasan Tiro, untuk keluar dari Aceh, menuju Libya, untuk kemudian bergabung dengan Tiro di Swedia.
Iklil kemudian hijrah ke AS dan menjadi “die hard” GAM yang luar biasa.
Ketika saya mengunjungi AS beberapa kali dan mengirim pesan kepada Iklil ingin diskusi tentang Aceh-sesama putra Aceh, dan bahkan anak dari guru ayahnya Ilyas Leube, ia bergeming.
Status apapun yang saya bawa ke AS, aktivis HAM, advokasi perdamaian, Iklil tetap melihat saya sebagai “anjing Jakarta” -seperti yang disebutkan pada perantara.
Saya orang tak bermartabat, dan tak layak bertemu dengan patriot Aceh Merdeka seperti Iklil.
Ketika damai, saya berteman baik dengan kedua mereka, almarhum Ilham dan Iklil, dan kami sering menjadi teman diskusi yang baik.
Saya memaafkan Iklil, walaupun ia tak pernah mengucapkan kata maaf, tetapi saya tahu “hati”nya dari muka dan bahasa tubuhnya yang terlihat. Ia “berabang” kepada saya.
Dari kedua mereka saya merasakan “residu” dan “impian” ayah mereka, Ilyas Leube, yang mendarah dalam tubuh mereka tentang Aceh yang makmur, bermartabat, dan berdaulat.
Kami kadang berdebat tentang hakekat MoU Helsinki, dan UU No 11/2006.
Ketika mereka,- seringkali Iklil- mengeluh tentang berbagai kelemahan dalam pembangunan, dan mulai berbicara tentang martabat, saya mulai menunjukkan fakta tentang kelemahan Aceh hari ini dalam bekerja.
Ketika Iklil bicara kritis tentang nasionalisme Aceh, saya menggiringnya kepada sejumlah butir ethno -nasionalisme Aceh yang diberikan dalam UU itu.
kupi beungoh
KPK di Aceh
perdamaian aceh
konflik aceh
Egianus Kogeya
humam hamid aceh
Ahmad Humam Hamid
Serambi Indonesia
opini serambi hari ini
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.