Salam
Bersihkan Sampah Laut Secara Berkala
Reza mengatakan, sampah plastik yang mencemari laut kini menjadi isu global. Laut menjadi kotor dan sangat membahayakan biota yang ada di dalamnya.
HARIAN Serambi Indonesia edisi Ahad (5/3/2023) kemarin mewartakan bahwa sekelompok penyelam melaku-kan pembersihan sampah di bawah laut perairan Sabang, Sabtu (4/3/2023). Kegiatan itu merupakan bagian dari peringatan Hari Pengurangan Sampah Nasional (HPSN) 2023 Tingkat Provinsi Aceh yang digelar di Sabang.
Mengawali kegiatan tersebut, Penjabat Wali Kota Sabang, Reza Fahlevi MSi, beserta jajaran Forkopimda dan tamu undangan turun langsung membersihkan sampah di pinggir pantai. Sampah yang dikumpulkan terdiri atas plastik, organik, kertas, dan residu lainnya. Sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah-sam-pah tersebut ditimbang untuk dinilai oleh panitia.
Reza mengatakan, sampah plastik yang mencemari laut kini menjadi isu global. Laut menjadi kotor dan sangat membahayakan biota yang ada di dalamnya.
Nah, apa yang disampaikan Pj Wali Kota Sabang itu sa-ngatlah benar. Di banyak negara pencemaran laut menja-di isu penting, terlebih jika Greenpeace ikut menyorotnya. Negara kita, Indonesia, sering mendapat sorotan karena masih sangat banyak penduduk negeri ini yang membuang sampah sembarangan ke sungai dan laut.
Greenpeace Indonesia berkali-kali melancarkan seruan agar perilaku buruk secara ekologis dan religius itu sege-ra dihentikan. Sudah sangat banyak ditemukan kasus di Indonesia bahwa penyu dan ikan tertentu mati karena me-makan sampah plastik.
Di sisi lain, hampir tak ada perairan Indonesia yang be-bas dari mikroplastik yang ketika dikonsumsi ikan, lalu ikannya kita makan, itu juga sama dengan mengundang bahaya/ penyakit.
Oleh karenanya, karena persoalan serupa juga mende-ra perairan Aceh, maka sepatutnya di setiap laut Aceh di-bentuk tim pembersih sampah dasar laut.
Jangan hanya berharap pada penyelam. Tim yang diben-tuk ini tidak bekerja hanya setahun sekali pas pada saat Hari Pengurangan Sampah Nasional, tapi bekerja minimal sebulan sekali.
Di sisi lain, pengawasan di pinggir sungai dan laut ha-rus semakin diperketat. Siapa pun yang membuang sam-pah ke sungai atau ke laut harus didenda bahkan dipida-na penjara.
Dengan cara inilah kita berharap dasar laut kita tetap bersih dari aneka sampah, enak dipandang, menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan, dan tidak menyebabkan biota laut jadi tercemar bahkan mati lantaran mengon-sumsi sampah, terutama sampah plastik. Ingat, sungai dan laut bukanlah “tong sampah raksasa” yang penduduk bumi bebas membuang apa saja ke dalamnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.