Kupi Beungoh
Membangun Pendidikan yang Berkualitas dan Berintegritas
Dimana kita setiap tahun Perguruan Tigggi di Indonesia mewisudakan sarjana sebanyak 1,7 juta mahasiswa jenjang sarjana lulus setiap tahunnya.
Kedua, lingkungan sekolah untuk mengembangkan segala bakat dan potensi manusia sesuai fitrahnya.
Ketiga, lingkungan masyarakat sebagai wahana interaksi sosial bagi terbentuknya nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan.
Nampaknya dalam pembelajaran kontekstual tidak memiliki pengaruh besar.
Sebagai contoh kasus, mayoritas 2 dari 3 tri pusat pendidikan, yakni orang tua dan sekolah selalu bangga pada kecerdasan intelektual saja, sehingga nilai A atau A+ menjadi serbuan dan incaran peserta didik.
Malahan ada orang tua memotivasi anak akan memberikan sejumlah hadiah jika dapat nilai kognitif meningkat atau dapat dipertahankan.
Padahal masih ada dua kecerdasan lain, yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Dua kecerdasan ini sering tidak serius menjadi perhatian dan diajarkan di lembaga pendidikan, tetang bagaimana seorang murid bisa berinteraksi dengan sesama dengan tidak saling ejek atau menjatuhkan, tapi saling mengisi dan memahami kekurangan dan menghargai kelebihan masing-masing anak.
Semestinya, kecerdasan spiritual tingkat kecerdasan inilah yang tertinggi pors dan bobot nilainya, yaitu seseorang sudah tau siapa dia, mau kemana dia dan buat apa dia ada.
Dengan kemampuan spiritual inilah kita sudah mengenal kenapa kita diciptakan, dan oleh siapa diciptakan?
Kecerdasan spiritual adalah orang yang dapat mempergunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya bukan lagi untuk kepentingan sempit, semata untuk pribadi dirinya saja, tapi sudah bisa mempergunakan semua kecerdasannya hanya semata untuk Sang Penciptanya, tempat kita akan pulang dan hidup secara abadi.
Kesimpulannya adalah, jika kita ingin mengubah generasi , maka harus dimulai dari pendidikan, dan tentunya harus diperbaiki pula metode dan cara pandang kita terhadap peserta didik yang sukses adalah pribadi yang bermanfaat bagi semua.
Inilah maksud kalam manusia agung “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad dan ath-Thabrani). (*)
*) PENULIS H Musannif Sanusi adalah Ketum DPP Pemuda Islam RI. Ketua Yayasan Darul Ihsan Abu Krueng Kalee dan Dewan Pakar DPP ISAD Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DISINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.