Kupi Beungoh

Alexei, Kejernihan Gibran, Dilema Jokowi, dan Fenomena Anies

Pernyataan Gibran mengingatkan kita tentang sebuah kutipan yang ditulis oleh Profesor Sejarah Universitas Princeton, Stephen Kotkin.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Alexei berkata, “jika Tsar  tak ada, siapa yang akan memerintah Rusia?”.

Pertanyaan Alexei atau Aleksey Nikolayevich, anak Nicholas II itu, tidak ada yang menjawab saat itu, sejarah kemudian memberi jawaban terhadap kegelisahan bangsawan laki-laki terakhir dinasti Romanov itu.

Hanya Lenin yang bisa menjawab pertanyaan Alexei terhadap dinasti yang telah berkuasa lebih dari 300 tahun itu.

Jawaban Lenin sederhana “Romanov, lingkarannya, dan asosiasinya wajib hilang dari bumi Rusia yang terbentang dari benua Eropa sampai ke benua Asia.”

Itulah Uni Soviet masa lalu, dan itulah Rusia hari ini, dan itulah jawaban untuk Alexei.

Indonesia jelas bukan Rusia, apalagi Rusia, sama sekali bukan Indonesia.

Sama sekali tak relevan mengaitkan Nicholas II dengan Jokowi, begitu juga sebaliknya.

Geografi, sejarah, bentuk negara, dan zaman, sama sekali tak bisa membuat Indonesia dan Jokowi dapat dibandingkan dengan Imperium Rusia ratusan tahun yang lalu.

Apalagi jika dibandingkan dengan Nicholas II dan mesin pemerintahan dan politik dinasti Romanov itu.
 

Baca juga: Rahasia! Ditanya Bahas Apa saat Jokowi dan Ganjar Semobil, Gibran Bocorkan Ini: Saya Tahu Semua

Baca juga: VIDEO Demokrat Tolak Wacana Duet Anies Baswedan dan Mahfud MD dalam Pilpres 2024

Gibran Bukanlah Alexei

Pernyataan Gibran kepada Rosi, Kompas TV berbeda seratus delapan puluh derjat dari Alexei, anak Nicholas II.

Alexei melihat ayahnya sebagai sebuah keniscayaan untuk imperium Rusia pada masa itu, dan mungkin pada saatnya nanti akan dilanjutkannya oleh ia sendiri, menjadi Nicholas III.

Ia sangat berbeda dengan Gibran yang pernah menjadi anak orang biasa, lalu menjadi anak Wali Kota, kemudian menjadi anak gubernur, dan bahkan kemudian menjadi anak Presiden dua periode.

Alexei tidak, ia lahir dan besar dalam laku, nafas, dan desah aristokratis yang telah berumur ratusan tahun, di istana kawasan Kremlin, jantung kota Moskow.

Alexei, semenjak lahir tak pernah menjadi orang biasa, apalagi menjadi proletariat, seperti apa yang pernah dialami oleh Jokowi ketika bekerja di PT Kertas Kraft Aceh di Lhokseumawe.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved