Kupi Beungoh
Petugas Partai, Anies, dan All The President’s Men
Pengumuman Megawati memberikan signal kuat kepada publik bahwa pecapresan Ganjar, bukanlah Ganjar versi Jokowi.
Rontoknya Koalisi Besar dan Peluang Sandiaga Uno
Keberadaan koalisi besar besutan Jokowi telah rontok dengan pengumuman Megawati untuk Ganjar.
Kini, pilihan kelima partai itu hanya dua, bergabung dengan PDI Perjuangan atau mencari pasangan sendiri.
Jalannya tentu saja mencari partner koalisi yang tepat.
Jika memang benar terjadi dispersi koalisi besar, maka pihak pertama yang paling mungkin adalah Partai Gerindra.
Jika memang benar Prabowo akan maju sebagai Capres Gerindra, bagaimana format calon pemimpin negeri ini dalam kontestasi 2024?
Ada Ganjar, ada Prabowo, ada Anies.
Siapakah yang akan mendampingi mereka?
Perkembangan yang ada sampai dengan hari ini sudah menunjukkan tanda-tanda dispersi itu.
Pertama, migrasinya Sandiaga Uno dari Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dapat dibaca berkorelasi dengan peluang Sandi untuk mendampingi Ganjar.
Bukankah fatsun utama PDI perjuangan tentang kombinasi pimpinan nasional adalah kombinasi antara elemen Nasionalis -Ganjar, PDI perjuangan, dan Agama- Sandiaga, PPP.
Masa tunggu Sandiaga yang telah disignalkan dua minggu yang lalu, mungkin menunggu konfirmasi PDI Perjuangan, kini terjawab.
Ia telah hengkang dari Gerindra, dan kini menunggu diresmikan dengan Ganjar. Disamping itu mengambil Sandi juga akan meringankan belanja kampanye PDI Perjuangan, disamping mendapat mitra dari partai yang tak terlalu kuat, sekelas PPP.
Kedua, mungkinkah Prabowo akan lanjut dengan cak Imin dari PKB?
Dari apa yang telah dan sedang terjadi, faktor Erik Thohir adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh.
Ia adalah pengusaha sukses yang sangat kaya, bahkan sebelum ia bergabung menjadi “orang” Jokowi.
Erik yang punya uang banyak akan bertemu dengan Partai PAN yang butuh “uang banyak” pula.
Erik yang selama ini telah merapat ke NU, terutama dengan jembatan kaum muda, GP Ansor, dan Banser NU akan membuat posisi pasangan Prabowo -Erik dakan dekat dengan jemaah Nahdiyin di Tanah Air.
Di samping itu bukan tidak mungkin cost yang akan dikeluarkan oleh Gerindra akan jauh lebih murah dengan PAN, jika dibandingkan dengan PKB.
Selebihnya, presiden Jokowi juga akan sangat senang, karena bukankah selama ini Erik itu dikenal sebagai “aisyahnya” Presiden Jokowi.
Bagaimana dengan nasib Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto?
Bukankah ia telah mendapat amanat Munas untuk hanya menjadi Calon Presiden, bukan calon wakil presiden?
Jika format di atas benar terjadi, maka Airlangga juga bukan tak mungkin akan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Persoalan kalah menang bagi pasangan ini tidak penting, karena siapapun yang akan masuk dalam putaran kedua, jika itu terjadi, posisi mereka bisa sangat menentukan.
Bagaimana dengan Anies?
Tidak banyak penjelasan yang dapat diberikan tentang Anies, kecuali jika memang skenario seluruh pasangan di atas, yang tersedia baginya hanya Khofifah dan AHY.
Gertak sambal Firli untuk meng-KPK-kan Khofifah sepertinya sudah tumpul.
Konfliknya dengan Kapolri dan ancaman Brigjen Endar tentang sejumlah kelakuan aneh Firli akan membuatnya tidak lagi menjadi variabel.
Persepsi publik yang selama ini melihat Firli berpenampilan “buruk” dalam memimpin KPK, kalaupun akan dilanjutkan dengan meng-KPK-kan Khofifah, akan membuatnya sempurna mendapat stempel “jahat” dari publik.
Apa arti besar jika sejumlah format kontestasi Pilpres 2024 seperti yang digambarkan di atas terjadi?
Itu artinya Jokowi sebagai petugas partai telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Ia telah berhasil membangun rintang halang yang sangat luar biasa untuk mengepung Anies.
Kecuali Anies, dan wakilnya, semua orang yang berlabel calon presiden dan wakil presiden adalah orang-orang Jokowi.
Mereka semua adalah all the president’s men.
Anies akan diramai-ramaikan dari berbagai penjuru untuk memastikan ia tak akan masuk ke dalam putaran kedua.
Anies akan “ditamatkan” pada putaran pertama, dengan harapan akan tinggal dua pasangan Ganjar-Sandiaga dan Prabowo-Erik.
Apakah Anies akan sangat mudah dikalahkan?
Bagi Anies semua rencana Jokowi itu tak baru untuknya.
Ia telah “mengalahkan” Jokowi via Ahok dalam Pilkada DKI pada tahun 2018.
Berbagai halangan dan perangkap yang dbuat untuknya diselesaikan dengan cara elegan dan terhormat.
Ia telah dan akan mengalami lagi “takdir” yang seperti itu.
Apakah jika yang menang Ganjar atau Prabowo, penetrasi pengaruh Jokowi akan besar dan berlanjut?
Seorangpun tak mampu menjawab, hanya ia sendiri yang mampu menjawabnya.
Yang pasti tugasnya selaku petugas partai telah dijalankan dengan sempurna.
*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.