Salam

Harus tetap Konsisten Setelah Ramadhan

Banyak hal yang telah kita capai selama Ramadhan, salah satunya adalah pola hi-dup kita dalam beribadah yang cenderung lebih teratur.

Editor: mufti
ilustrasi
Ramadhan 

TIDAK terasa bulan Ramadhan telah meninggalkan kita. Saat ini kita pun sedang merayakan sebuah hari kemenang-an, yakni hari raya Idul Fitri 1444 H. Banyak hal yang telah kita capai selama Ramadhan, salah satunya adalah pola hi-dup kita dalam beribadah yang cenderung lebih teratur.

Kita tahu bahwa sesungguhnya bulan Ramadhan itu ada-lah bulan pendidikan dan latihan, ya katakanlah semacam diklat bagi umat Islam. Untuk melihat berhasil atau tidaknya diklat tersebut, salah satu indikasinya setelah Ramadhan, apakah ibadah kita semakin meningkat atau malah kembali kendur seperti hari-hari biasa.
Sebenarnya esensi Ramadhan adalah momentum spesi-al “karantina suci” satu bulan penuh, menggembleng jiwa-jiwa yang beriman untuk menjadi lebih unggul, dan prestasi puncaknya yaitu menggapai derajat takwa. Identiknya sua-tu karantina, apakah berkualitas atau buruknya hasil sangat tergantung kepada kemauan dan keseriusan setiap priba-di peserta.

Karenanya, sudah barang tentu bahwa pascakarantina yang bernama Ramadhan, tentu saja berbeda-beda hasilnya, dari masing-masing peserta, ada yang mendapatkan hasil maksimal dan ada pula yang sangat sederhana. Maksudnya tidak ada perubahan yang signifikan setelah keluar dari ru-mah “karantina” tersebut.
Idul Fitri adalah awal kembali suci, setelah segala noda, dosa, dan sifat-sifat tak terpuji dibersihkan dalam ruang kar-antina yang bernama bulan Ramadhan. Oleh karenanya, su-dah semestinya manusia menjaga kesucian tersebut setelah Ramadhan usai, ditandai dengan hari raya Idul Fitri, sampai dengan datangnya Ramadhan berikutnya.

Kita semua tentu saja berharap setelah Ramadhan, tak-wa itu kemudian melekat pada kepribadian kita selak orang-orang beriman, yang secara estafet akan melahirkan hal-hal positif dan unsur-unsur kemanfaatan dalam kehidupan kita. Dalam konteks inilah sebenarnya titik temu puncak dari iba-dah puasa Ramadhan dengan ibadah-ibadah lain seperti haji, zakat, dan berbagai ibadah lainnya.

Ibarat kendaraan mewah, pasca-Ramadhan, manusia ada-lah habis melakukan perbaikan total, atau “turun mesin”, sudah semestinya harus dijaga, agar mesin tidak kembali rusak hanya dalam hitungan detik, jam, atau hari setelah ke-luar dari bengkel tersebut.

Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan dari kita setelah liburan cenderung melupakan dan mening-galkan aktivitas yang sudah biasa kita lalukan sehari-hari se-lama bulan Ramadhan. Apalagi jika liburan tersebut tidak ter-kontrol, tidak produktif, dan bahkan sia-sia.

Memang harus diakui bahwa bertahan untuk istiqamah da-lam ketaatan setelah Ramadhan itu berat, bukan pekerja-an mudah. Terutama mengingat sudah tidak ada lagi jamin-an bahwa setan masih dibelenggu sebagaimana ketika bulan Ramadhan.

Akan tetapi bukan berarti bahwa kita tidak bisa memper-tahankan sikap istiqamah dalam beribadah. Syaratnya pun mudah, yakni kita harus tetap punya niat yang ikhlas dengan semangat yang tidak boleh kendur untuk terus menjaga kon-sistensi seperti apa yang telah kita lalukan selama Ramad-han tersebut. Semoga!

 

POJOK 

Warga Sudan hadapi keputusan sulit saat perang saudara meluas
Catat ya: hanya perang diskon yang mengenakkan

Sebanyak 22 rumah di Nagan Raya rusak disapu angin kencang
Di Jakarta, peneliti BRIN malah merusak kerukunan beragama

Mobil SAR Aceh Tamiang Mogok, Meurah Budi-man Perjuangkan Armada Baru
Ini mobil kayak buruh aja, suka mogok kerja

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Geng dan Gagalnya Pembinaan Sosial

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved