Kupi Beungoh

Gubernur Aceh: Tujuh Gubernur Pilihan Soeharto - Bagian II

kepemimpinan Soeharto dan Orde Barunya adalah dwifungsi ABRI, karena memang asumsi dasarnya adalah ABRI sebagai antitesa inti terhadap Orde Lama.

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Aang tak marah, karena ia juga telah mendapat berita dari jaringannya di Jakarta dengan isi nada yang sama dengan ucapan Noer Nikmat.

Kalimat Noer Nikmat kemudian terbukti tak lama kemudian, Aang Kunaifi dipindahkan menjadi Pangdam Siliwangi.
Aang kemudian “diseleksi” dan “ditunjuk” oleh Pak Harto untuk dipilih DPRD Jawa Barat sebagai gubernur Jawa Barat.

Ia sangat berhasil membangun Jawa Barat, dan bahkan dianugerahkan oleh pemerintah pusat dengan simbol hebat, Pramsanya Purnakarya Nugraha.

Aang Kunaifi tidak marah dengan Aceh, dan bahkan ia menjadi “orang Aceh” yang paling Aceh dalam komunitas masyarakat Aceh di Bandung dan Jawa Barat.

Ketika masa jabatan kedua Muzakir Walad akan berakhir pada 1978, Pangdam Iskandar Muda pada masa itu Brigjen A. Rivai Harahap, berkeinginan untuk menjadi pengganti Muzakir.

Baca juga: Di hadapan Pejabat KPK, Pj Gubernur Aceh: Kami Ingin KPK Terus Memantau dan Melihat-lihat Aceh

Hal itu sangat wajar, karena sebagian besar, bahkan semua karir militer Rivai Harahap dijalaninya di Aceh, baik pada awal kemerdekaan, maupun pada masa DI/TII.

Rivai menjadi Aceh ‘by heart’ -sepenuh hati, sekalipun bukan sebagai Aceh “by blood”- bukan darah Aceh.

Rivai dikenal dekat dengan berbagai kalangan, terutama dengan generasi muda.

Ia kemudian meminta sejumlah tokoh muda Aceh untuk melobi Jakarta.

Sekalipun nama Prof A. Majid Ibrahim sudah beredar, banyak pihak ragu pemerintah pusat akan menunjuk Majid.

Alasannya, Majid adalah otak besar pendiri Bappeda-Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang sedang gencar-gencarnya diterapkan di seluruh Indonesia pada masa itu.

Ia menjabat sebagai Deputi Pembangunan Regional, Bappenas, di bawah kepemimpinan Wijoyo Nitisastro.

Para tokoh muda Aceh itu, terutama Haji Dimurthala mempunyai koneksi kuat dengan orang dekat Soeharto, seperti Mayjen Ali Murtopo, dan Mayjen Sujono Humardani.

Dimurthala berbicara tentang kemungkinan Rivai sebagai pengganti Muzakir kepada dua tokoh itu.

Menurut sebuah sumber, Ali Murtopo tak berkomentar banyak ketika permintaan untuk Rivai sebagai calon gubenur Aceh diujukan.

Baca juga: BREAKING NEWS - Lagi Dua Rumah Terbakar di Lhokseumawe, Satu Warga Terluka 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved