Jurnalisme Warga
Belajar Editing Bersama FAMe
Bagi seorang penulis, menjadi editor terhadap karyanya sendiri adalah hal yang terbaik. Namun, tak semua penulis memiliki kemampuan editing yang bagus
Kemudian kalimat ambigu (taksa). Kalimat ambigu merupakan bentuk kalimat yang memiliki makna ganda. Contoh kalimat ambigu seperti "RSUD Meuraxa menyumbang 80 kantong darah." Kalimat tersebut ambigu karena sebagian orang berpikir sumbang 80 kantong darah berarti menyumbang kantong darah sebanyak 80 unit, atau menyumbang 80 kantong yang berisi darah. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi "RSUD Meuraxa sumbang darah 80 kantong." Maka, jelas apa yang disumbang.
Yang terakhir salah nalar. Contoh kalimat salah nalar ini seperti "mengejar ketertinggalan". Seharusnya kalimat tersebut diubah menjadi "mengejar kemajuan" atau “mengatasi ketertinggalan”.
Contoh kalimat salah nalar lainnya adalah "untuk menyingkat waktu". Kalimat ini sering digunakan moderator atau MC, tanpa mereka sadari bahwa kalimat tersebut tidak nalar karena waktu tetap berputar 24 jam sehari-semalam tanpa seorang pun mampu menyingkatnya, katakanlah menjadi 20 jam saja. “Seharusnya kalimat seperti itu bisa diubah menjadi ‘untuk menghemat waktu’," kata pemateri.
Syarat berikutnya menjadi seorang editor adalah memiliki pengetahuan luas. Jika ingin menjadi penyunting maka haruslah menjadi seorang pembaca yang lahap agar tidak ketinggalan informasi. Misalnya, tahu ranking kemiskinan Aceh di Sumatra dan di Indonesia, tahu kenapa segelintir warga Aceh dulunya ingin memisahkan diri dari Indonesia, dan di mana akhirnya konflik diakhiri dengan jalan damai. Tahu juga siapa mediatornya.
Syarat selanjutnya menjadi seorang editing harus menguasai ejaan. Menjadi seorang editor tulisan opini haruslah paham Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), bahkan paham hingga ke penggunaan tanda baca. Misalnya, tanda titik, titik dua, elipsis, apostrof, koma, titik koma, tanda tanya, tanda seru, tanda petik tunggal, dan tanda petik dua.
Pastikan juga kita menguasai kata-kata yang baku, bukan justru yang tidak baku. Contohnya, yang benar itu adalah familier, bukan familiar. Yang benar itu mengubah, bukan merubah. Contoh lain, kata prasarana harus mendahului kata sarana. Jadi, salah kalau di kantor-kantor ada kepala seksi sarana dan prasarana. Seperti halnya prasejarah dan prabayar, bentuk terikat pra- itu bermakna sebelum atau di muka. Maka, tak boleh ia diletakkan di belakang seperti dalam kasus sarana dan prasarana.
Ternyata banyak sekali kesalahan tanda baca maupun diksi dalam penulisan maupun percakapan kita selama ini. Ikut kelas yang diasuh Pak Yarmen ini membuat saya sadar bahwa ilmu editing adalah sesuatu yang sangat penting.
Apa yang disampaikan pemateri dengan berbagai contoh yang terkadang lucu, membuat saya kian tertarik untuk mendalami ilmu editing ini.
Harapan saya, semoga kelas menulis seperti ini terus berjalan di sela-sela perkuliahan kami. Apalagi di era modern saat ini, kelas menulis tidak harus berlangsung secara tatap muka, tetapi bisa juga dilakukan secara virtual dengan bantuan smartphone. Semoga dengan dilaksanakannya kelas menulis maka terlahirlah bibit-bibit unggul baru yang akan menjadi penulis hebat dengan kemampuan editing yang andal dari Kampus UBBG. Terima kasih, FAMe.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.