Internasional

Ini Alasan Wanita dan Pria Muda di China Makin Enggan Menikah

Pemerintah China telah meluncurkan sejumlah strategi untuk mendorong warganya untuk menikah

Editor: Muhammad Hadi
SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI - Pemerintah China telah meluncurkan sejumlah strategi untuk mendorong warganya untuk menikah. Salah satunya dengan memberikan sejumlah insentif. 

Ia menambahkan, usia rata-rata penduduk China saat ini adalah 38 tahun.

Di India, yang awal tahun ini diproyeksikan oleh PBB untuk mengambil alih China sebagai negara terpadat di dunia, rata-rata usianya adalah 28 tahun.

Pada bulan Mei, Asosiasi Keluarga Berencana China meluncurkan proyek percontohan di lebih dari 20 kota untuk memberikan tunjangan perumahan, pajak, dan pendidikan bagi keluarga dengan dua anak atau lebih.

Tetapi upaya pemerintah telah ditanggapi dengan sinisme yang meluas di media sosial, dengan sedikit orang dewasa muda yang menganggap skema tersebut bermanfaat.

"Saya pikir itu konyol. Banyak anak muda seperti saya menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan," kata Christa. 

Christa menambahkan sangat tidak masuk akal mengapa orang ingin memulai sebuah keluarga ketika mereka hampir tidak bisa mengurus diri sendiri secara finansial.

Selain permasalahan di atas, ada satu lagi penyebab mengapa kaum muda China semakin enggan menikah.

Yakni, harga pengantin alias biaya pernikahan semakin mahal. 

Baca juga: Baru 30 Menit Menikah, Pengantin Ini Langsung Dipisah,tak Bisa Malam Pertama Karena Wanita Alami Ini

Melansir pemberitaan Bloomberg pada Maret 2023 lalu, pemerintah China tengah berupaya keras untuk mengatasi hal tersebut.

Terbaru, sebagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran yang lesu, China melakukan tindakan keras terhadap kebiasaan pernikahan yang mahal. 

Namun, hanya sedikit orang - termasuk para pejabat itu sendiri - yang melihat kebijakan tersebut akan membuat perbedaan. 

Hadiah pertunangan, atau caili, adalah tradisi di mana calon pengantin pria membayar "harga pengantin" kepada keluarga wanita untuk menunjukkan ketulusan dan kekayaannya, sekaligus memberi kompensasi kepada mereka karena membesarkan anak perempuan di negara yang telah lama menyukai anak laki-laki.  

Menurut survei terhadap 1.846 penduduk yang dilakukan oleh Tencent News pada tahun 2020, hampir tiga perempat pernikahan di China melibatkan kebiasaan tersebut. 

Keluarga diharapkan membayar puluhan ribu dolar, kelipatan dari pendapatan tahunan mereka.

Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang membidik praktik tersebut. 

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved