Opini
Orang Tua Cermin bagi Anak
Bagi kebanyakan anak, orang tua adalah panutan yang paling penting dalam kehidupan, baik panutan dalam beragama, akhlak dan juga panutan sebagai figur
Muhammad Fadhil SPsi, Guru SDIT Baitun Nada Teureubu
KITA tentu pernah mendengarkan satu kalimat bijak yang akan menjadi sebuah renungan sebagai orang tua, yaitu “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Kalimat ini akan menjadi sebuah renungan kita sebagai orang tua. Bahwasanya menjadi orang tua tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menjadi orang tua. Orang tua ialah orang terdekat bagi buah hatinya. Keduanya yang pertama kali mengajarkan kaki menjejak tanah dan yang pertama kali mereka kenal wajah dan cium baunya. Orang tua juga mengajarkan berbagai aspek nilai dalam kehidupan, agama dan nilai-nilai sosial.
Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru dan baik untuk dicontoh. Orang tua berperan menjadi model yang ditiru oleh anak-anaknya. Melalui kepribadian, perilaku, maupun prestasi dari orang tua menjadi inspirasi buah hatinya. Mengutip The Center for Parenting Education, Kamis, 17 Februari, para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi selama kanak-kanak diperoleh melalui pengamatan dan peniruan.
Bagi kebanyakan anak, orang tua adalah panutan yang paling penting dalam kehidupan, baik panutan dalam beragama, akhlak dan juga panutan sebagai figur pemimpin serta panutan dalam menceritakan masalah-masalah yang dialaminya. Karena orang tua yang menjadi panutan serta diidolakan, maka perilaku orang tua akan diikuti oleh anaknya baik atau buruk.
Ka Sub Bidang Advokasi Konseling dan Pembinaan KB dan Kesehatan Reproduksi BPMPDPKB Kabupaten Kulon Progo, Drs Mardiya, menyatakan banyak kasus yang terjadi dan dilakukan oleh anak berawal dari perilaku buruk orang tua. Misalnya ayah dan ibu yang suka cekcok atau selingkuh, ada kecenderungan perilaku tersebut akan ditiru oleh anak terlepas dari faktor keturunan.
Timbul pertanyaan dalam benak kita bahwasanya kenapa anak-anak itu mengikuti teladan orang tuanya? Kita ingat satu hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi..” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari kutipan hadits ini kita bisa ambil sebuah faedah bahwasanya “ketika anak-anak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci/fitrah, dia lahir dalam keadaan Islam, dan dia tidak membawa perilaku buruk, namun yang menjadikannya baik atau buruknya mereka ialah orang tuanya sendiri. Maka dari itu dari kutipan hadits ini juga menjelaskan sungguh penting teladan orang tua dalam mendidik anak-anaknya jangan sampai anak menjadi tidak suci dikarenakan orang tua tidak memberi teladan yang baik serta ilmu agama kepada anak-anaknya.
Krisis akhlak
Hatinya yang suci merupakan permata yang bersih dari pahatan dan bentukan. Dia siap diberi pahatan apa pun dan condong pada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat. Tetapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun di tanggung oleh orang tuanya.
Saat ini anak-anak mengalami krisis keteladanan, hal ini tejadi akibat minimnya perhatian dan peranan serta teladan setiap orang tua. Orang tua sudah disibukkan dengan pekerjaannya sendiri, kurangnya perhatian terhadap anak-anaknya yang menyebabkan anak-anak krisis akhlak, agama, krisis dari setiap hal serta proses perkembangan anak-anak.
Karena minimnya peranan dan teladan orang tua, anak-anak justru mengalihkan peranan dan teladannya ke lingkungannya, temannya serta tontonan televisi dan handphone, yang mana semua itu jauh dari pengawasan orang tua. Dan juga orang tua memberikan contoh-contoh yang tidak baik kepada anak-anaknya. Kita melihat anak-anak sekarang yang kesehariannya dengan gadget yang tanpa pengawasan orang tua, mereka lebih banyak mengenal peran dan teladan dari tontonan di gadget.
Namun di karena era globalisasi anak-anak lebih sering dengan gadget, di sinilah perlu peran orang tua untuk mengawasi, memberi peran dan teladan sebagai orang tua. Jangan sampai mereka salah dalam mencari contoh teladan, sehingga anak-anak akan lebih mengenal dunia luar dari pada mengenal sosok orang tuanya.
Dalam kondisi krisis keteladanan ini, keluarga menjadi basis penting bagi anak untuk menemukan keteladanan. Maka, orang tua sudah selayaknya menjadi figur pertama bagi anak untuk memenuhi kebutuhan ini. Untuk itu ada kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh orang tua agar menjadi pribadi teladan dalam proses pembentukan akhlak islami pada anak.
Pertama, niatkan bahwasanya anak adalah amanah dari Allah Azawajalla
“Segala sesuatu yang ada di dunia ini sesungguhnya hanya titipan. Termasuk anak. Sebagaimana titipan, itu merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.” (QS At Tahrim, ayat 6). “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs.At-Tahrim : 6). Anak-anak adalah amanah yang Allah berikan kepada kita, yang mana setiap amanah akan Allah pertanyakan kelak di akhirat. Maka kita sebagai orang tua, jalankanlah amanah ini dengan sebaik-baik mungkin. Berikanlah teladan yang baik kepada anak-anak kita, kelak anak-anak kita yang akan membantu kita di akhirat.
Kedua, mulailah memperbaiki diri sendiri dan mengenal diri sendiri sebagai suri teladan untuk anak-anak kita. Perlu kita mengenal diri dan memperbaiki diri kita. Kemudian setelah mengenal diri kita, pasti kita sudah tahu baik dan buruknya kita, dan setelah itu kita mencoba memperbaikinya atas kekurangan dan keburukan karakter serta sifat yang kita miliki.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.