Kupi Beungoh

Fasisme Berbalut Paham Hakikat

Faktanya, fasisme menikmati kebangkitan khusus pada tahun 1990an. Pada awal tahun 1933, Organisasi Indo-Fasis Belanda (NIFO) dibentuk di Batavia.

|
Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Wasekjen TASTAFI Sumatera Utara & Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah Aceh, Tgk. Alwy Akbar Al Khalidi, SH., MH 

Oleh: Tgk. Alwy Akbar Al Khalidi, SH., MH

SERAMBINEWS.COM -  Fasisme adalah sikap yang terlalu nasionalistis, sebuah ideologi yang mengutamakan bangsa sendiri dibandingkan bangsa lain.

Paham ini berawal dari filosofi radikal yang dikenal sebagai Sindikatisme yang muncul selama Revolusi Industri.

Unsur utama fasisme terdiri dari tujuh unsur: Pertama, ketidakpercayaan terhadap kapasitas akal. Kedua, mengingkari sifat manusia. Ketiga, kode etik yang berdasarkan kekerasan dan kebohongan.

Keempat, kelompok elite yang memerintah. Kelima, totalitarianisme. Keenam, rasisme dan imperialisme. Ketujuh, fasisme memiliki unsur-unsur yang menentang hukum internasional dan tatanan internasional. Perekonomian fasis mempunyai ciri-ciri negara korporat.

Keyakinan luas bahwa “fasisme telah hilang” hanya memberikan dasar dan peluang bagi berkembangnya kelompok neo-fasis.

Menurut saya, Fasisme masih ada, meskipun dalam bentuk yang terselubung.

Faktanya, fasisme menikmati kebangkitan khusus pada tahun 1990an. Pada awal tahun 1933, Organisasi Indo-Fasis Belanda (NIFO) dibentuk di Batavia.

Kelompok ini menargetkan organisasi fasis di Jerman dan mengaku sebagai bagian dari Organisasi Sosialis Nasional (NSB), yang didirikan oleh Musset dua tahun lalu.

Sekilas, tidak ada hubungan antara fasisme sebagai ideologi dan agama sebagai keyakinan. Namun jika dicermati lebih jauh, kita melihat kesamaan dalam banyak hal, terutama dalam praktiknya.

Dikenal Islamofasisme seperti yang diistilahkan sejak tahun 1990-an, adalah istilah yang digunakan untuk membandingkan karakteristik ideologi fasisme Islam.

Gerakan Islam tertentu dan berbagai gerakan fasis Eropa sebelum dan selama Perang Dunia II di Eropa (Darwis, 2022).

Agama bisa menjadi basis fasisme karena saat ini agama selalu menjadi topik publik yang diungkapkan melalui simbol-simbol di ruang publik.

Saat ini, agama sudah menjadi identitas suatu kelompok ketimbang menjadi soal identitas individu pada umumnya.

Kemudian saat agama sudah dijadikan persoalan identitas yang eksklusif, maka agama akan kehilangan nilai-nilai spiritualitasnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved