Breaking News

Jurnalisme Warga

Atsiri Research Center, Menara Airnya USK

Pimpinan universitas berupaya keras untuk membiayai riset yang serius bekerja untuk menghasilkan capaian-capaian positif terhadap pengembangan serta k

Editor: mufti
Dok Pribadi
Prof. Dr. APRIDAR, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Direktur Pusat Inkubasi Bisnis KAHMI Aceh, melaporkan dari Darussalam, Banda Aceh 

Berbagai upaya yang dilakukan ARC telah berhasil membentuk ekosistem baru (blue ocean) yang berdampak pada kestabilan harga minyak nilam di level masyarakat dalam lima tahun terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya recovery wilayah tanam nilam dari empat kabupaten yang masih menanam nilam pada 2015, menjadi 17 kabupaten kembali menanam nilam saat ini.

Pengembangan produk turunan melalui pelatihan secara berkelanjutan telah menciptakan berbagai usaha kecil yang secara progresif terus berkembang hingga ke market nasional, bahkan mulai merambah ke dunia internasional.

Beberapa kelompok tani dan UMKM produk turunan nilam telah mendapatkan pembiayaan dari bank yang mengindikasikan iklim bisnis semakin tumbuh positif. (5 Tahun ARC, Merintis Jalan Baru Nilam Aceh)

Transformasi nyata yang telah dilakukan ARC telah dapat mengembalikan kejayaan nilam Aceh menjadi primadona yang karena harga jualnya naik sehingga menggairahkan usaha tersebut. Produk lokal berbahan minyak nilam pun bermunculan.

Ulah mafia dagang yang mempermainkan harga sehingga para petani yang tadinya  terpukul atas intervensi tersebut, menjadikan momentum tersebut untuk bangkit kembali dengan produksi berbahan dasar nilam.

Masyarakat sekarang ini sudah mulai menanam kembali nilam, sebagaimana yang dilakukan oleh Suhardi (48), petani di Desa Geunteut, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar,  menjadikan hamparan nilam yang hijau  sebanyak satu hectare yang berdekatan dengan kebun durian, cabai, dan pinang.

Tahun 1999 harga minyak nilam anjlok ke posisi Rp90.000 kg. Padahal, tahun 1997 harga nilam kala itu  Rp700.000 per kg, bahkan pernah menyentuh Rp1,2 juta per kg. Warga Geunteut ramai-ramai menanam nilam. Selain durian, nilam menjadi tulang punggung ekonomi warga Geunteut.

Anjloknya harga nilam menjadikan petani terpukul dan hilang semangat. Dengan harga minyak nilam Rp90.000/kg, jangankan untung, untuk biaya perawatan dan upah pekerja saja tidak cukup. Akhirnya, nilam-nilam itu dibiarkan kering dan mati. Asa sejahtera bersama nilam pun sirna. (Zulkarnain Masry 2021)

Namun, dengan komitmen dari ARC untuk mendampingi petani dari hulu ke hilir, dari pembibitan hingga menjamin pasar, menjadikan para petani bangkit dan bersemangat untuk kembali menanam nilam. Para petani tersebut merasakan sejuknya suasana setelah menghadapi keputus asaan akibat dari tindakan mafia nilam yang mencekik.

Kehadiran pusat riset ARC, bagaikan menara air yang berdiri kokoh untuk mengalirkan air kehidupan bagi para petani yang sedang mengalami kehausan.

ARC sebagai pusat riset bentukan civitas akademica Universitas Syiah Kuala yang juga sebagai  lembaga pendidikan tinggi terbaik di Aceh, bukan hanya sebagai tempat melakukan pendidikan dan penelitian, melainkan telah mampu berkontribusi sebagai pengabdian kepada masyarakat.

Karya nyata yang direncanakan melalui program kerja terhadap pembianaan petani serta pelaku UMKM khususnya telah mampu meningkatkan para pengusaha pemula untuk berkiprah di dunia usaha sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad saw.

Semoga kerja nyata yang menjadi luaran produk pendidikan tersebut dapat menyejahterakan masyarakat sehingga manjadikan ladang amal kegiatan mulia dari lembaga pendidikan bagi masyarakat.

Ilmu serta karya inovasi  yang ditebarkan di muka bumi, akan meberikan pencerahan serta keberkahan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved