OPINI
Menyelamatkan Keajaiban Antibiotik: Bijak Menggunakan untuk Mempertahankan Kesehatan Global
WHO menyatakan resistensi antimikroba sebagai kondisi ketika mikroorganisme tidak merespons agen antimikroba,
Oleh: Aqlima Yanti *)
Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
PADA 18-24 November 2023, kita memperingati Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia.
Tujuan memperingati ini meningkatkan kesadaran terhadap resistensi antimikroba (AMR) dan mendorong usaha pencegahannya.
Apa Itu Antimikroba?
Antimikroba merujuk pada senyawa atau agen yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Meskipun penggunaan antimikroba krusial dalam pengobatan infeksi, penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi, menjadi isu kesehatan global.
WHO menyatakan resistensi antimikroba sebagai kondisi ketika mikroorganisme tidak merespons agen antimikroba, membuat antibiotik dan agen sejenis tidak efektif dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit hingga kematian.
Baca juga: Implementasi Pembentukan Opini Publik di Media Sosial dalam Kaitannya dengan Politik Elektoral
Salah satu antimikroba yang paling sering kita gunakan adalah antibiotik. Pemakaian antibiotik dewasa ini begitu bebas, terutama pada anak-anak.
Orangtua mengira bahwa antibiotik adalah obat dari demam, batuk, pilek, sakit kepala, atau yang lainnya. Sehingga belum merasa ”puas” bila berobat ke dokter dan tidak diresepkan antibiotik.
Sayangnya banyak orangtua yang membeli sendiri antibiotik di apotek tanpa resep dokter. Padahal pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dengan penyebab penyakit, dosis dan lama pemakaiannya, dapat menyebabkan antibiotik tersebut tidak efektif dan meningkatkan risiko resistensi bakteri terhadap obat tersebut untuk ke depannya.
Baca juga: Jaring Opini Publik Persona Wisata Aceh Singkil, Ini yang Harus Dilakukan untuk Genjot Pariwisata
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap efek obat antibiotik, sehingga pengobatan menjadi lebih sulit. Faktor-faktor seperti penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat, serta kurangnya pengawasan dalam penggunaannya, dapat mempercepat perkembangan resistensi antibiotik.
Hal ini menjadi masalah serius dalam dunia kesehatan karena dapat mengurangi efektivitas pengobatan infeksi bakteri. Edukasi masyarakat dan pengawasan penggunaan antibiotik merupakan langkah penting untuk mengatasi resistensi antibiotik.
Apa Saja Antibiotik yang Sudah Resistensi?
1.Staphylococcus aureus resisten terhadap metisilin (MRSA): Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan metisilin, sulit diobati dan dapat menyebabkan infeksi serius.
2. Klebsiella pneumoniae resisten terhadap karbapenem (CRE):* Bakteri ini menjadi resisten terhadap kelompok antibiotik karbapenem, meningkatkan risiko infeksi yang sulit diatasi.
3. E. coli resisten terhadap sejumlah antibiotik: Bakteri Escherichia coli, yang umumnya ditemukan dalam saluran pencernaan, dapat menjadi resisten terhadap antibiotik seperti fluoroquinolone, yang dapat mempersulit pengobatan infeksi saluran kemih.
4. Tuberkulosis multi-obat resisten (MDR-TB): Strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap dua obat anti-TB pilar, isoniazid, dan rifampicin, menyulitkan pengobatan TB.
Perkembangan resistensi antibiotik menjadi masalah kesehatan global, dan penggunaan antibiotik yang bijak menjadi kunci dalam meminimalkan risiko ini.
Bagaimana Cara yang Bijak dalam Menggunakan Antibiotik?
Berikut beberapa panduan untuk menggunakan obat antibiotik dengan bijak dan efektif guna mencegah resistensi antibiotik:
1. Hindari membeli antibiotik tanpa resep dokter.
2. Gunakan antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, bukan infeksi lain.
3. Jangan menyimpan antibiotik di rumah atau menumpuknya.
4. Tidak boleh memberikan sisa antibiotik kepada orang lain.
5. Selalu tanyakan informasi mengenai obat antibiotik kepada apoteker.
6. Penting untuk menyelesaikan seluruh pengobatan, meskipun gejalanya sudah mereda.
7. Pastikan antibiotik digunakan sesuai petunjuk penggunaan. Untuk efek samping atau pertanyaan, segera konsultasikan dengan dokter.
Bagaimana Tata Cara Penggunaan Antibiotik yang Benar?
Penggunaan antibiotik perlu memperhatikan aspek waktu, frekuensi, dan durasi pemberian. Untuk memastikan aturan minum antibiotik yang tepat, disarankan membagi waktu 24 jam dengan interval penggunaan yang sesuai:
1) Tiga kali sehari, dengan jeda 8 jam, seperti pada jam 6 pagi, jam 2 siang, dan jam 10 malam.
2) Dua kali sehari, dengan selang 12 jam, misalnya pada jam 6 pagi dan jam 6 sore.
3) Satu kali sehari, dengan interval 24 jam, contohnya pada jam 6 pagi dan hari berikutnya pada jam yang sama.
Apakah Pedoman Penggunaan Antibiotik?
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik telah dikeluarkan sebagai acuan untuk penyusunan tata laksana penyakit yang menggunakan antibiotik dalam pedoman nasional pelayanan kedokteran.
Ini menggantikan peraturan sebelumnya untuk mendukung Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dengan meningkatkan ketepatan penggunaan antibiotik dalam layanan kesehatan.
Dalam peraturan ini, penggunaan antibiotik diatur untuk praktik mandiri dokter, dokter gigi, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan rumah sakit, serta memberikan pedoman bagi apoteker dalam pelayanan kefarmasian berdasarkan resep dokter.
Pedoman ini mencakup kategori AWaRe (ACCESS, WATCH, RESERVE) untuk mengelompokkan antibiotik dan mendukung upaya global WHO dalam pengendalian resistensi antimikroba.
Peraturan ini menjadi relevan dalam mengatasi resistensi antimikroba yang semakin meningkat, dengan fokus pada penggunaan antibiotik yang tepat, efektif, dan efisien.
Penting untuk mencatat bahwa resistensi antimikroba, khususnya pada bakteri Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae, telah meningkat menurut survei Kementerian Kesehatan tahun 2016.
Oleh karena itu, pedoman ini diharapkan dapat mendukung pelayanan kesehatan dalam mencapai kontrol resistensi antimikroba, memberikan penggunaan antibiotik yang tepat dan aman bagi masyarakat Indonesia.
Poin penting lainnya mencakup penekanan pada penggunaan antibiotik sesuai resep dokter, serta dukungan terhadap penelitian dan metode yang valid untuk mengendalikan resistensi antimikroba.
Bagaimana Cara Mencegah Resistensi Antibiotik?
Pencegahan resistensi antibiotik melibatkan tindakan kolektif dari berbagai pihak, termasuk individu, profesional kesehatan, dan pemerintah. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil meliputi:
1. Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter, ikuti petunjuk penggunaan dengan cermat, dan pastikan untuk menyelesaikan seluruh kursus pengobatan.
2. Kesadaran Masyarakat: Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang tepat, serta risiko resistensi antibiotik. Edukasi dapat membantu mengubah persepsi dan perilaku terkait penggunaan antibiotik.
3.Meningkatkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) : Terapkan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi kebutuhan akan antibiotik.
4.Vaksinasi: Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi tertentu, mengurangi kemungkinan penggunaan antibiotik, dan secara efektif meminimalkan risiko resistensi.
5. Pengendalian Infeksi: Praktik pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan dapat membantu mencegah penyebaran infeksi, mengurangi kebutuhan antibiotik, dan menekan perkembangan resistensi.
6. Penelitian dan Pengembangan: Mendukung penelitian untuk mengembangkan antibiotik baru, di samping metode alternatif untuk mengatasi infeksi, sehingga variasi pengobatan tersedia.
7. Regulasi Penggunaan Antibiotik di Peternakan: Peraturan yang mengatur penggunaan antibiotik di industri peternakan dapat membantu mengurangi risiko resistensi melalui makanan.
8. Pelaporan dan Pemantauan: Sistem pelaporan dan pemantauan yang efektif dapat membantu memantau pola resistensi antibiotik dan mengidentifikasi tren yang memerlukan tindakan.
Pencegahan resistensi antibiotik memerlukan komitmen bersama dan tindakan lintas sektor untuk menjaga efektivitas antibiotik dalam pengobatan infeksi.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.