Alasan Pengungsi Rohingya Datang ke Indonesia, Bayar Arungi Laut, Ungkap Penjahat di Cox's Bazar

Dia bahkan membayar lebih dari 1.800 dollar AS (sekitar Rp 27,8 juta) untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal usang menuju Indonesia.

Editor: Faisal Zamzami
Kolase Serambinews.com/ Istimewa
Boat berisi warga etnis Rohingya di kawasan Pantai Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/11/2023) pagi. 

SERAMBINEWS.COM, RAKHINE - Semakin banyak pengungsi Rohingya meninggalkan kamp-kamp pengungsian di Cox's Bazar, pantai tenggara Bangladesh, dan menyeberangi lautan sejauh 1.800 kilometer menuju Indonesia dengan perahu reyot.

Pekan lalu, polisi dan nelayan Indonesia mulai berpatroli di beberapa wilayah di Aceh untuk mencegah pendaratan perahu para pengungsi.

Lebih dari 1.000 warga Rohingya tiba di Indonesia bulan ini, jumlah terbesar sejak 2015.

Sekitar satu juta orang Rohingya tinggal di kamp pengungsian kumuh di Cox's Bazar.

Pada 2017, militer Myanmar memulai aksi brutalnya terhadap warga Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine dan menghancurkan desa-desa serta menewaskan ribuan orang.

Ratusan ribu lainnya menyelamatkan diri dengan melintasi perbatasan ke Bangladesh.

PBB menyebut tragedi itu sebagai "contoh nyata pembasmian etnis."

Baca juga: Berkali-kali Terdampar ke Indonesia, Apa Alasan Rohingya Nekat Arungi Laut dengan Perahu Reyot?

Para pengungsi Rohingya melarikan diri dari Cox's Bazar

Namun, kehidupan para pengungsi Rohingya di Bangladesh tetaplah sulit karena banyak dari mereka kekurangan makanan, keamanan, pendidikan, hingga kesempatan kerja di kamp pengungsi yang penuh sesak.

Laporan dari kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch yang diterbitkan tahun ini mengatakan bahwa geng-geng kriminal dan afiliasi dari kelompok-kelompok bersenjata menimbulkan ketakutan menjelang malam hari di kamp-kamp pengungsi Cox's Bazar.

Seorang pengungsi Rohingya berusia 19 tahun yang baru-baru ini tiba di Aceh bersama keluarganya mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa para penjahat di Cox's Bazar itu mengancam dia dan keluarganya setiap hari.

Dia bahkan membayar lebih dari 1.800 dollar AS (sekitar Rp 27,8 juta) untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal usang menuju Indonesia.

Menurut kepolisian Bangladesh, sedikitnya 60 orang Rohingya telah terbunuh di kamp Cox's Bazar tahun ini.

Nay San Lwin, salah satu pendiri jaringan aktivis Free Rohingya Coalition, mengatakan kepada DW bahwa banyak pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari aksi kekerasan di kamp-kamp tersebut.

"Geng-geng kriminal menguasai kamp pengungsi di malam hari sehingga tidak ada seorang pun di sana yang merasa aman. Hal ini menjadi tantangan yang signifikan bagi semua pengungsi," kata Lwin.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved