Breaking News

Opini

Memetik Pelajaran dari Laporan Temuan KKR Aceh

Peulara Damèe dibuat oleh lembaga pemilik data yang menggambarkan peristiwa kekerasan yang cakupannya jauh lebih luas. Isi laporan ini mencakup serban

Editor: mufti
IST
Bisma Yadhi Putra, Manager Riset Aceh Institute 

Waktu datang ke ke pos militer untuk memenuhi wajib lapor, laki-laki maupun perempuan sering mengalami bermacam bentuk kekerasan seksual yang sudah direncanakan pelaku. Orang-orang yang kena wajib lapor itu diperkosa, payudaranya diremas, dipeluk, dipaksa memegang kemaluan tahanan, atau penisnya disetrum. Perintah wajib lapor menjadi pintu masuk bagi kekerasan berulang terhadap setiap orang.

Masukan untuk KKR Aceh

Sebagaimana laporan temuan kekerasan lainnya, tentu Peulara Damèe punya kekurangan. Sebagian kekurangan memang sudah diakui sendiri oleh KKR Aceh dalam laporan tersebut, misalnya soal jumlah korban kekerasan seksual. Diakui bahwa “dalam realitasnya, kasus kekerasan seksual jauh lebih tinggi dari angka yang berhasil dikumpulkan”.

Sementara itu, ada sejumlah kritik yang patut diajukan. Salah satunya, Peulara Damèe tidak menjabarkan metode penyiksaan yang lebih beragam. Laporan ini, misalnya, tidak mengungkap praktik forced feeding di Aceh. Forced feeding adalah teknik menyiksa tahanan dengan menggunakan makanan dan minuman. Dalam metode ini, tahanan dipaksa memakan dan meminum hal-hal yang tidak mereka inginkan karena dapat menyakiti badan dan perasaan.

Misalnya, korban dipaksa memakan puluhan butir cabai rawit; disuruh makan nasi basi sebanyak-banyaknya sampai muntah serta kesulitan bernapas; dipaksa mengkonsumsi sesuatu yang diharamkan ajaran agamanya seperti bangkai daging biawak atau bir. Sewaktu masih bekerja di KKR Aceh, saya sempat membaca kesaksian-kesaksian korban yang pernah mengalami metode penyiksaan ini.

Terlepas dari segala kekurangan serta kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam Peulara Damèe, penerbitan laporan ini tetap harus disambut dengan senang hati. Laporan ini telah memperkaya narasi sejarah kekerasan di Aceh. Namun, kejahatan-kejahatan yang diungkap bukan untuk merawat kebencian. Tujuan kebenaran diungkap adalah biar perdamaian bisa terpelihara. Siapa pun yang sekarang mendurhakai kebenaran, dialah yang nanti memulai perpecahan lagi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved