Kupi Beungoh
Apam Pidie vs Ade Pidie Jaya, Mana Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi Rakyat?
Kadiskop UMKM dan Disdikbud Pidie perlu memikirkan ulang bagaimana kuliner apam bisa dikemas dalam bentuk barang jadi agar bisa masuk pasar dan laku d
Salah satu yang konsisten melestarikan ade di Meureudu adalah Mutia, yang sekarang terkenal dengan Ade Kak Mutia.
Bupati Pijay, Gade Salam melihat usaha rakyat dalam wujud ade ini sebagai potensi pengembangan ekonomi dan menjadi daya tarik wisata.
Gade Salam paham bahwa usaha kuliner ikut mensupport kemajuan pariwisata.
Baca juga: Lestarikan Budaya Leluhur, DWP Disdikbud Pidie Teot Apam Massal, Begini Penjelasan Kadisdik
Dia pun memulai gerakan pembinaan usaha mikro dalam wujud ade di kawasan Meureudu sebagai klusternya, tidak memasukkan daerah lain sebagai kluster.
Ini menunjukkan bahwa Gade Salam sebagai pemimpin yang paham tentang konsep pembangunan berbasis potensi daerah, tidak meucawo-cawo.
Usaha pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di sektor ade pun mulai digerakkan, meliputi pelatihan cara produksi, pengemasan, sertifikasi halal, branding hingga membantu promosi dan pemasaran.
Hasilnya, publik dapat menyaksikan sekarang ini; Pijay identik dengan ade. Ade mejadi ikon Pidie Jaya.
Galeri pemasaran ade sekarang ini berjejer di tepi jalan raya Medan – Banda Aceh, Meureudu.
Pengunjung (wisatawan) dan pelintas jalan nasional yang melewati Pijay sebagian besar akan singgah untuk membeli 1 atau 2 kotak kue ade yang dipasarkan di tepi jalan raya di Meureudu.
Beragam merek ade tersedia, pembeli tinggal memilih sesuai daya tariknya.
UMKM per-ade-an di Pidie Jaya telah ikut membantu mendongkrak ekonomi bagi penduduk Meureudu dan sekitarnya.
Dampak ekonomi dapat dirasakan oleh pelaku usaha, karyawan, penyedia kelapa, daun pandan, daun pisang, sabut kelapa (tapeh) dan lain-lain.
Pengakuan ini diutarakan oleh pemilik Ade, Kak Mutia tatkala saya melakukan liputan jurnalistik di sana tahun 2011 lalu.
Kini, salah satu merek ade di Pijay, yaitu Ade Kak Nah, sudah ekspansi ke Aceh Besar dan Banda Aceh dengan membuka cabangnya.
Salah satunya terdapat di kawasan Lambaro Non-Muslim (Lambaro Kafe) dengan target pasar adalah tamu/penumpang pesawat melalui Airport Blang Bintang.
Refleksi 20 Tahun Damai Aceh: Menanti Peran Anak Syuhada Menjaga Damai Aceh Lewat Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Utang: Membangun Negeri atau Menyandera Masa Depan? |
![]() |
---|
Melihat Peluang dan Tantangan Potensi Migas Lepas Pantai Aceh |
![]() |
---|
Dua Dekade Damai, Rakyat Masih Menanti Keadilan Pengelolaan Sumber Daya Alam |
![]() |
---|
Kampung Haji Indonesia dan Wakaf Baitul Asyi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.