Jurnalisme Warga
Kisah Kapten J. Paris Tewas di Tangan Panglimo Rajo Lelo
Nenek moyang Panglimo Rajo Lelo berasal dari tanah Pasai. Ketika Sultan Malikussaleh masuk Islam, salah seorang panglimanya, Wan Durgamsyah, meninggal
YUSNIR SELIAN, S.Pd., pensiunan guru dan sejarawan dari Kluet, Aceh Selatan, melaporkan dari Kluet Timur
KLUET merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Selatan yang dulunya memiliki dua kecamatan yakni, Kecamatan Kluet Utara dan Kluet Selatan.
Namun, saat ini telah dimekarkan menjadi lima kecamatan: Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Timur, Kluet Tengah, dan Kecamatan Pasie Raja.
Kluet memiliki historis yang melahirkan para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Pejuang yang gugur itu makamnya terjaga sampai kini di Kampung Sapik, Kecamatan Kluet Timur.
Saya ingin meluruskan isi tulisan di Harian Serambi terbitan 15 Februari 2024 berjudul "Teuku Raja Angkasah Vesus Singa Afrika" ditulis oleh anak kami, Dio Khairul Hisan yang sedang belajar di Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh.
Perang Kelulum
Nenek moyang Panglimo Rajo Lelo berasal dari tanah Pasai. Ketika Sultan Malikussaleh masuk Islam, salah seorang panglimanya, Wan Durgamsyah, meninggalkan Pasai menuju Kerajaan Lingga di Gayo.
Wan Durgamsyah secara turun-temurun diangkat menjadi panglima oleh Raja Lingga. Salah seorang dari keturunannya bernama Wan Gumilang diangkat jadi panglima oleh Raja Alas.
Wan Gumilang kemudian mengutus Wan Andun ke tanah Kluet untuk menyelesaikan perkara perebutan Imam Balai.
Kemudian Wan Andun menetap di Kluet dan merupakan kakek Panglimo Rajo Lelo.
Nama asli Panglimo Rajo Lelo IV adalah Ibnu Wantaser, lahir di Pung Besei (Kampung Sapik), Kecamatan Kluet Timur, Aceh Selatan.
Kelahiran 1864 ini adalah keturunan dari Wannamid bin Wan Andun dan Sanniati binti Barlam.
Dia diangkat menjadi panglima oleh Raja Kluet Keujrun Mukmin (1913). Saat itulah namanya bergelar menjadi Panglimo Rajo Lelo IV. Wantaser diangkat jadi Panglimo Rajo Lelo IV, menggantikan abangnya, Abdul Malik, yaitu Panglimo Rajo Lelo III.
Semasa kecil, Panglima Rajo Lelo atau Wantaser diajarkan ayahnya berbagai ilmu agama dan disiplin yang tinggi. Dia tumbuh jadi pemuda gagah, berani, jujur, dan ksatria.
Perang Aceh pecah (26 Maret 1873), lalu secara bertahap wilayah Aceh dikuasai oleh Belanda.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.