Berita Luar Negeri
Junta Militer Myanmar Kelimpungan Hadapi Pemberontak, Kini Minta Bantuan Rohingya: Perlindungan
Etnis Muslim Rohingya, Ali mengisahkan bagaimana kelompoknya di rekrut oleh Junta Militer Myanmar untuk ikut dalam wajib militer.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Junta Militer mengatakan kepada Ali dan rekannya bahwa pelatihan akan berlangsung selama 14 hari, setelah itu mereka akan bersiap membentuk milisi untuk berperang.
“Dia mencoba membujuk kami dengan mengatakan bahwa kami dibawa ke sana karena mempertimbangkan agama kami,”
“Dia (militer Myanmar) juga mengutip (hadis) Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa kita perlu memperjuangkan iman kita,” kata Ali, yang berhasil melarikan diri setelah 10 hari dari kamp tersebut.
Hadis Nabi Muhammad SAW tersebut mungkin menjadi sebuah ironi pahit bagi para wajib militer Rohingya, yang tidak diakui secara hukum sebagai warga negara.
Bahkan identitas etnis dan agama muslim Rohingya telah lama menjadikan mereka sasaran kekerasan, khususnya dari militer Myanmar.
Tujuh tahun setelah Militer Myanmar menyiksa, merudapaksa, dan membunuh ribuan warga Rohingya dan mengirim hampir 1 juta orang untuk melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh , tentara kini mendesak mereka yang masih tinggal di desa-desa dan kamp-kamp pengungsi untuk membantu mendukung kampanye militer mereka yang sedang berjuang.
Militer Myanmar, yang berkuasa melalui kudeta pada Februari 2021, telah menghadapi banyak kerugian di medan perang sejak Oktober.
Awal tahun ini, militer mengumumkan rancangan undang-undang yang akan merekrut 50.000 pemuda dan pemudi secara paksa setiap tahunnya.
Sejak itu, ribuan warga sipil di seluruh negeri telah diperintahkan untuk menjalani wajib militer, sementara banyak lagi yang melarikan diri.
Namun pihak militer tampaknya memaksa warga Rohingya untuk melakukan wajib militer dalam jumlah besar, menurut laporan yang diberikan kepada Radio Free Asia oleh penduduk desa dan mereka yang lolos dari pelatihan.
“Orang-orang Rohingya ini dipaksa menjalani wajib militer. Mereka ditahan secara tidak sah, dimasukkan ke dalam pertempuran garis depan, dan dipaksa untuk berpartisipasi,” kata Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Merdeka.
“Oleh karena itu, genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat kami masih terus berlanjut,” sambungnya.
Pada akhir bulan Oktober, Tentara Arakan, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang – bekerja sama dengan kelompok etnis bersenjata lainnya dan pasukan anti-junta – mulai meraih kemajuan signifikan dalam melawan Junta Militer.
“Operasi 1027” yang diluncurkan oleh Aliansi Tiga Persaudaraan pada awalnya mengakibatkan penyerahan diri secara massal dan sejumlah kota penting diambil alih di negara bagian Shan bagian utara.
Pada bulan Maret, tentara etnis merebut jalur perdagangan utama di dekat perbatasan China.
Pejabat Thailand Pakai Ijazah Palsu Saat Mendaftar ke KPU, Terancam Dilengserkan: Penjara 10 Tahun |
![]() |
---|
Serang Korea Utara Pakai Pesawat Tak Berawak, Jenderal Korea Selatan Ditangkap |
![]() |
---|
Dunia 24 Jam: Rusia Ingin ‘Baikan’ dengan AS, Banjir Bandang di Texas, Bandit Bunuh 70 Orang |
![]() |
---|
PBB Rilis Daftar Puluhan Perusahaan Pendukung Penjajahan Israel, AS Beri Sanksi pada 22 Bisnis Iran |
![]() |
---|
Pria 35 Tahun Tewas Tersedot Ke Dalam Mesin Pesawat, Penumpang Trauma, Begini Kronologisnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.