Nasib Safrin Zebua, Kepsek yang Aniaya Siswa SMK hingga Tewas di Nias, Pelaku Diproses Hukum

Berdasarkan keterangan dokter, Yaredi mengalami luka bekas pukulan di bagian kening sehingga membuat salah satu syaraf tidak berfungsi.

Editor: Faisal Zamzami
KOLASE/TRIBUN MEDAN
Kepsek Safrin Zebua Aniaya Siswa SMK Sampai Tewas, Kepala Dipukul Sampai Saraf Putus 

"Kita terus pantau dari sini karena kita ada perpanjangan tangan dan kita berharap dalam proses. Karena proses sudah berlangsung juga di pihak berwajib sehingga kita meminta juga agar semua bersabar terhadap proses ini agar benar-benar ada fakta yang tetap yang bisa kita pegang sebagai acuan," katanya.

Baca juga: Siswa SMK di Nias Tewas Diduga Dianiaya Kepala Sekolah, Korban Ngaku Dipukul Keningnya 5 Kali

Terancam Dipecat

Suhendri menyebut, jika terbukti bersalah, oknum kepsek akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Termasuk pemecatan.

"Saat ini yang bersangkutan dibebastugaskan terlebih dahulu untuk kepentingan pemeriksaan," katanya.

Ia menuturkan, saat ini proses pembelajaran tetap dilakukan tanpa kepala sekolah karena wewenangnya sudah diambil alih.

"Untuk sementara dialihkan ke cabang dinas pendidikan agar pembelajaran bisa tetap berlangsung," pungkasnya.

Baca juga: Anggota Polres Yahukimo Bripda Oktovianus Buara Tewas Dianiaya, Otak Pelaku 3 Anggota OPM Ditangkap

Duduk Perkara

Keluarga Yaredi (17 tahun), seorang siswa di Nias Selatan, Sumatera Utara, yang diduga meninggal setelah mengalami kekerasan fisik dari kepala sekolah, menyerukan keadilan kepada pihak berwenang.

Mereka menegaskan penolakan mereka terhadap tindakan kekerasan yang menimpa anak mereka.

Sekhezatulo Ndruru mengungkapkan tragedi kekerasan yang menimpa Yaredi hingga menyebabkan kematiannya setelah menerima hukuman dari kepala sekolah pada Sabtu (23/3/2024) pagi.

Pada saat itu, Yaredi bersama dengan rekan-rekannya sedang melakukan kegiatan lapangan di Kantor Camat Sidua’ori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.

Mereka diminta oleh wakil camat untuk memindahkan generator listrik.

”Ada beberapa siswa yang bersedia dan beberapa lainnya tidak bersedia untuk memindahkan generator karena dianggap terlalu berat. Namun, akhirnya mereka tetap memindahkan generator tersebut. Namun, wakil camat melaporkan kepada kepala sekolah bahwa anak-anak sulit diarahkan,” kata Sekhezatulo, yang dikenal dengan nama panggilan Hasrat, ayah dari Yaredi, Kamis (18/4/2024).

Berdasarkan informasi dari teman-teman anaknya, Hasrat menyimpulkan bahwa Yaredi adalah salah satu yang pertama kali dipukul oleh Safrin Zebua.

Kemudian, siswa lainnya juga menerima hukuman yang sama dari Safrin Zebua.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved