Jurnalisme Warga

Perjalanan Spiritual dan Kedamaian Lebaran di Simeulue

Awal cerita bermula ketika Roni Candra Desky (29), suami saya, ditakdirkan Allah untuk bertugas di pulau nan indah ini.

Editor: mufti
IST
INTAN MAHALIA, S.Pd., Guru SMAN 1 Sinabang, Kabupaten Simeulue dan alumni Latihan Menulis Karya Ilmiah untuk Guru Angkatan I pada 25-28 Maret 2024 oleh Balai Guru Penggerak Provinsi Aceh di Banda Aceh, melaporkan dari Sinabang 

INTAN MAHALIA, S.Pd., Guru SMAN 1 Sinabang, Kabupaten Simeulue dan alumni Latihan Menulis Karya Ilmiah untuk Guru Angkatan I pada 25-28 Maret 2024 oleh Balai Guru Penggerak Provinsi Aceh di Banda Aceh, melaporkan dari Sinabang

LEBARAN di tanah rantau, khususnya di Pulau Simeulue, adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan memesona bagi saya, wanita berusia 28 tahun.

Saya pendatang yang sudah tujuh tahun tinggal di pulau ini karena ikut suami yang bertugas di Kodim 0115 Simeulue.

Awal cerita bermula ketika Roni Candra Desky (29), suami saya, ditakdirkan Allah untuk bertugas di pulau nan indah ini.

Kariernya sebagai seorang abdi negara berawal sembilan tahun lalu. Berjodoh dengan seorang abdi negara mewajibkan saya harus mendampingi suami di mana pun ia ditugaskan.

Keadaan ini menjadikan saya belajar mandiri dan terbiasa jauh dari keluarga besar kami di Aceh Tenggara. Saya merasakan bahwa Lebaran di rantau bukanlah sekadar perayaan agama, melainkan juga sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang membawa berbagai makna mendalam.

Tinggal jauh dari keluarga besar memang menjadi sebuah tantangan bagi saya. Namun, di tengah kesendirian fisik, saya dan para pendatang lainnya telah menemukan keluarga baru di Pulau Simeulue.

Warga lokal yang ramah dan menerima perbedaan dengan tangan terbuka, membuat para perantau merasa diterima dan dianggap sebagai bagian dari komunitas lokal. Hari demi hari, kohesivitas hubungan sosial mereka pun semakin kokoh dan erat.

Pulau Simeulue tidak hanya indah secara alamiah, tetapi juga dihiasi keramahan dan kehangatan (hospitality) warganya.

Sikap merangkul perbedaan yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue menjadi salah satu faktor utama dalam kebahagiaan para perantau tinggal di pulau penghasil cengkih dan lobster ini.

Hal ini menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai di tengah-tengah perbedaan yang ada. Dengan begitu, mereka merasa aman dan nyaman dalam mengekspresikan identitas dan kepercayaan mereka, tanpa rasa takut akan diskriminasi atau penolakan.

Keindahan alam Pulau Simeulue menjadi tambahan nilai tersendiri bagi kebahagiaan para pendatang. Pantai-pantai yang memikat dengan pasir putihnya, air laut yang jernih, serta birunya langit yang tak terhingga, memberikan ketenangan dan keindahan alamiah yang memanjakan mata dan hati.

Keindahan alam Pulau Simeulue bukan sekadar pemandangan, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan penyembuhan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya itu, kekayaan alam Simeulue mampu membius siapa pun yang melihatnya. Dari hutan hijau yang rindang hingga gunung-gunung yang megah, Pulau Simeulue adalah tempat yang penuh dengan keajaiban dan kebaikan alam.

Setiap sudut pulau ini memiliki cerita dan keunikan tersendiri, yang membuat pengunjung tak pernah bosan untuk menjelajahinya.

Keberadaan alam yang masih alami dan terjaga menjadi warisan berharga yang harus mereka jaga dan lestarikan untuk generasi mendatang.

Lebaran di tanah rantau, terutama di Pulau Simeulue, adalah sebuah momen yang membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi saya dan para pendatang lainnya.

Meskipun jauh dari kampung halaman, suasana Lebaran di sini tidak kalah meriah dan penuh berkah.

Tradisi Lebaran, seperti saling berkunjung, bermaaf-maafan, dan berbagi rezeki, tetap dijalankan dengan penuh semangat dan kegembiraan.

Meskipun terpisah jarak, semangat kebersamaan dan persaudaraan tetap terasa kuat di tengah-tengah perayaan.

Sebagai kesimpulan, Lebaran di tanah rantau, terutama di Pulau Simeulue, adalah sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang membawa berbagai makna mendalam bagi saya dan para pendatang lainnya.

Di sini, kami menemukan keluarga baru dan kedamaian yang tak tergantikan.

Keindahan alam yang memesona dan kehangatan warga setempat membuat Lebaran di Pulau Simeulue menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Semoga kebahagiaan dan kedamaian selalu menyertai kami di pulau ini, baik warga lokal maupun para perantau.

Selamat merayakan hari raya Idulfitri 1445 Hijriah, di tanah rantau ataupun di kampung halaman.

Merayakan Lebaran di tanah rantau tanpa merasa sedih atau ‘baper’ bisa menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang jauh dari keluarga besar.  Namun, dengan beberapa tip dan panduan, kita dapat menjadikan momen Lebaran tetap memancarkan kebahagiaan dan berkesan, meskipun kita berada jauh dari rumah.

Berikut beberapa tip untuk tetap merasa bahagia saat Lebaran di rantau orang:

1). terimalah keadaan dengan lapang dada

Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menerima kenyataan bahwa kita akan merayakan Lebaran jauh dari keluarga besar. Terimalah kenyataan ini dengan lapang dada dan bersyukur atas segala hal yang Anda miliki;

2).  buatlah rencana spesial

Buatlah rencana spesial untuk merayakan Lebaran di tanah rantau. Kita bisa merencanakan acara bersama teman-teman atau keluarga kecil, mengunjungi tempat-tempat menarik, bahkan melakukan aktivitas amal untuk merayakan momen berkah ini;

3).  berkomunikasi dengan keluarga

Meskipun jauh, kita masih bisa merayakan Lebaran bersama keluarga besar melalui bantuan teknologi.

Manfaatkan ‘videocall’ atau panggilan telepon untuk berkomunikasi dan berbagi kebahagiaan bersama mereka;

4).  buatlah hidangan Lebaran spesial

Salah satu tradisi Lebaran yang bisa kita lakukan di tanah rantau adalah memasak hidangan Lebaran spesial. Buatlah hidangan favorit atau hidangan tradisional dari daerah kita sendiri untuk menambah kesan spesial di hari Lebaran;

5).  berkumpul dengan teman-teman

Jika kita tidak bisa pulang ke kampung halaman, berkumpul dengan teman-teman di tanah rantau juga bisa menjadi pilihan yang menyenangkan.

Kita bisa mengadakan acara bersama atau bahkan berbagi hidangan Lebaran bersama untuk merayakan momen nan fitri ini;

6).  ikuti tradisi lokal

Jika kita tinggal di daerah yang memiliki tradisi Lebaran tertentu, cobalah untuk ikut serta dalam tradisi tersebut. Hal ini bisa menjadi pengalaman yang menarik dan bisa membuat kita merasa lebih dekat dengan masyarakat setempat;

7). rencanakan liburan singkat

Jika memungkinkan, rencanakan liburan singkat ke tempat yang ingin Anda kunjungi. Liburan singkat bisa menjadi cara yang baik untuk menyegarkan pikiran dan merayakan Lebaran dengan suasana yang berbeda;

8).  berbagi kebaikan dengan orang lain

Salah satu cara terbaik untuk merayakan Lebaran adalah dengan berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kita bisa melakukan kegiatan amal atau sukarela di komunitas untuk memberikan dampak positif pada orang lain dan merasakan kebahagiaan yang lebih besar;

9).  berikan dukungan emosional pada orang lain Jika kita merasa sedih atau kesepian di hari Lebaran, jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman-teman atau keluarga terdekat.

Berbicara tentang perasaan dan mendengarkan pengalaman orang lain bisa membantu kita merasa lebih baik; dan

10). bersyukur atas segala hal yang ada

Hal terpenting adalah selalu bersyukur atas segala hal yang kita miliki, termasuk kesempatan untuk merayakan Lebaran di rantau.

Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam hati, dan dengan bersyukur, kita akan selalu merasa bahagia di setiap momen.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved