Kupi Beungoh
Membudayakan Literasi Kesehatan Mental Generasi Z
Melihat kondisi tersebut, sudah saatnya kita bersama-sama berupaya membudayakan literasi kesehatan mental di kalangan generasi Z.
*) Oleh: Ulya Faizah
MEMASUKI era digital yang serba terhubung, kehidupan generasi Z tidak dapat dipisahkan dari penggunaan teknologi dan media sosial.
Kemudahan akses informasi dan beragam fitur hiburan di genggaman telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas kaum muda saat ini.
Namun, di balik kemajuan teknologi, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi berkaitan dengan kesehatan mental mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media digital yang berlebihan pada remaja dan dewasa muda dapat memicu permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, rendah diri, dan bahkan kecanduan.
Tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya juga turut memberikan beban mental yang signifikan.
Sayangnya, banyak dari generasi Z yang belum memahami pentingnya menjaga kesehatan mental di era digital ini.
Melihat kondisi tersebut, sudah saatnya kita bersama-sama berupaya membudayakan literasi kesehatan mental di kalangan generasi Z.
Literasi yang dimaksud tidak hanya sekadar pemahaman dasar, melainkan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola kondisi mental secara komprehensif.
Hal ini penting dilakukan agar kaum muda dapat memiliki kesadaran dan keterampilan yang memadai untuk menjaga kesejahteraan psikologis mereka di tengah derasnya arus digitalisasi.
Upaya pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemahaman generasi Z tentang konsep kesehatan mental yang lebih luas.
Selama ini, mereka kerap menyamakan kesehatan mental hanya dengan tidak adanya gangguan psikologis.
Padahal, kesehatan mental mencakup kemampuan seseorang untuk menikmati hidup, beradaptasi dengan perubahan, serta mengelola stres dan tantangan sehari-hari.
Dengan pemahaman yang lebih komprehensif, diharapkan generasi Z dapat memiliki kesadaran yang lebih baik untuk merawat dan memperkuat kondisi mental mereka.
Selain itu, pemahaman yang tepat dapat membantu mereka untuk lebih terbuka dalam mengakui dan mencari bantuan ketika mengalami permasalahan kesehatan mental.
Hidup Demi Validasi: Ketika Jempol dan Komentar Menentukan Harga Diri |
![]() |
---|
Lahir Sekali Lagi sebagai Pemuda |
![]() |
---|
"Joging Di Tempat Umum", Jangan Dengan Celana Ketat, Baju Di Atas Pantat Wahai Muslimah |
![]() |
---|
Engklek: Bukan Sekadar Lompat Kotak, Tapi Fondasi Emas Tumbuh Kembang Anak |
![]() |
---|
Pembelajaran Mendalam 'deep learning', Dalam Pandangan Islam Dan Prakteknya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.