Konflik Palestina vs Israel

Israel Ancam Spanyol Tutup Konsulat Jika Layani Warga Palestina, Ini Respon Tenang Madrid

Israel ancam Spanyol tutup konsulatnya di Yerusalem jika memberikan pelayanan kepada warga Palestina di Tepi Barat.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
AP Photo
Seorang anak laki-laki mengibarkan bendera Palestina dalam protes mendukung Palestina dan menyerukan gencatan senjata di Gaza, di Barcelona, ​​Spanyol, 20 Januari 2024 lalu. Israel ancam Spanyol tutup konsulatnya di Yerusalem jika memberikan pelayanan kepada warga Palestina di Tepi Barat, begini respon tenang dari Madrid. 

Para pejabat Saudi mengatakan, hubungan dengan Israel tidak mungkin terjadi bila melihat langkah-langkah yang telah dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Di sisi lain Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken, mengakui Israel mungkin tidak bersedia menerima perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi yang ditengahi oleh Washington.

Hal itu jika Saudi setuju untuk mencapai kemajuan yang jelas menuju negara Palestina.

Menteri Luar Negeri Perancis pada Rabu mengatakan bahwa mengakui secara resmi negara Palestina bukanlah hal yang tabu, namun keputusan seperti itu harus diambil pada saat yang tepat.

“Ini bukan sekedar isu simbolis atau pertanyaan tentang posisi politik, tapi alat diplomasi untuk mencapai solusi dua negara yang hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan,” kata Stephane Sejourne dalam sebuah pernyataan.

Jerman juga menyuarakan sentimen serupa, dengan mengatakan bahwa solusi dua negara adalah tujuan akhir namun harus lahir dari dialog.

“Negara Palestina yang merdeka tetap menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri Jerman,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman pada konferensi pers rutin di Berlin, seraya menambahkan bahwa proses dialog diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Yordania memuji langkah terkoordinasi yang dilakukan Irlandia, Norwegia, dan Spanyol sebagai “langkah penting dan esensial menuju negara Palestina.”

“Kami menyambut baik keputusan yang diambil oleh negara-negara sahabat Eropa hari ini untuk mengakui negara Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi pada konferensi pers bersama dengan mitranya dari Hongaria di Amman.

“Kami menghargai keputusan ini dan menganggapnya sebagai langkah penting dan esensial menuju solusi dua negara yang mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di sepanjang perbatasan Juli 1967,” sambungnya.

Yordania adalah penjaga situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem.

Safadi menyatakan harapannya bahwa keputusan ini akan menjadi bagian dari gerakan yang lebih luas, menempatkan semua negara di dunia dan kawasan pada jalur yang jelas menuju perdamaian yang adil dan komprehensif.

Ini menurut dua merupakan satu-satunya penjamin keamanan dan stabilitas bagi Palestina dan Israel.

Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang beranggotakan enam orang juga menyatakan dukungannya terhadap langkah negara-negara Eropa pada Rabu kemarin.

Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed Albudaiwi mengatakan, langkah tersebut mewakili langkah penting dan strategis menuju pencapaian solusi dua negara.

Kemudian Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang berbasis di kota Jeddah, Arab Saudi, juga menyambut baik langkah tersebut sebagai “langkah bersejarah yang penting.”

Turki menyambut baik keputusan Spanyol, Irlandia dan Norwegia, dan menyebutnya sebagai langkah penting menuju pemulihan “hak-hak warga Palestina yang dirampas.”

Kementerian Luar Negeri Turki juga mengatakan langkah tersebut akan membantu Palestina mendapatkan status yang layak di mata komunitas internasional.

Turki akan melanjutkan upayanya untuk menekan lebih banyak negara agar mengakui Palestina.

Slovenia memuji pengakuan negara Palestina merdeka oleh tiga negara Eropa, namun tidak segera melakukan tindakan serupa.

Awal tahun ini, pemerintah Slovenia meluncurkan prosedur pengakuan terhadap negara Palestina.

Namun negara kecil di Uni Eropa tersebut mengatakan langkah formal tersebut akan dilakukan ketika negara tersebut dapat memberikan kontribusi terbaik bagi perdamaian abadi di Timur Tengah.

"Pemerintah Slovenia adalah negara pertama yang menandatangani deklarasi khusus untuk memulai proses pengakuan Palestina," kata Perdana Menteri Robert Golob dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyatakan harapan bukan persyaratan untuk kedua belah pihak," sambungnya.

Perdana Menteri Slovenia itu menambahkan, Rakyat Palestina membutuhkan lebih dari sekadar pengakuan simbolis.

"Kami ingin membantu mereformasi dan memberdayakan Otoritas Palestina, yang akan mewakili penduduknya di Tepi Barat dan Gaza dan memimpinnya menuju solusi dua negara, yang dipandang oleh hampir seluruh dunia sebagai solusi perdamaian abadi, kata Golob.

Di Slovenia, anggota parlemen harus memberikan persetujuan akhir untuk pengakuan sebuah negara.

Warga Palestina menyambut baik pengumuman pengakuan Eropa sebagai penegasan upaya mereka selama puluhan tahun untuk mendapatkan status kenegaraan di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

Wilayah itu yang direbut Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, ketika negara-negara Arab termasuk Mesir, Suriah dan Yordania mencoba untuk melenyapkan negara Yahudi.

Israel memandang seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang bersatu dan telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur hal tersebut.

Mereka mempertahankan kendali keseluruhan atas Tepi Barat, tempat Otoritas Palestina menjalankan wewenangnya atas wilayah-wilayah yang ditentukan.

Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza pada tahun 2005 dan Hamas merebut kekuasaan di sana dari Otoritas Palestina melalui kudeta mematikan tahun 2007.

Sementara Israel bereaksi dengan marah terhadap pengumuman Norwegia, Spanyol, dan Irlandia.

Negara penjajah Palestina itu menarik duta besarnya untuk ketiga negara tersebut, dan memanggil utusan mereka.

Menurut Otoritas Palestina, 142 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui negara Palestina.

Sebagian besar negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka bersedia suatu hari nanti mengakui negara Palestina.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved