3 Orang Tewas Akibat Kebakaran Gudang Elpiji di Denpasar, 13 Korban Lainnya dalam Keadaan Kritis

Sementara 13 korban lainnya dalam keadaan kritis terluka bakar akibat kebakaran hebat yang terjadi, Minggu 9 Juni 2024 pagi tersebut.

Editor: Faisal Zamzami
kolase Tribun Bali
Korban Tewas Gudang Elpiji Denpasar Jadi 3 Orang 

Jansen mengabakan, gudang penyimpanan gas tersebut memiliki izin usaha berdiri atas nama CV Bintang Bagus Perkasa dengan izin sebagai pengecer, namun polisi tetap mendalami saat disinggung Pertamina menyebut gudang tersebut bukan agen atau pangkalan resmi.

"Termasuk informasi itu (bukan agen atau pangkalan resmi, Red), menjadi bagian yang sedang didalami Polresta. Sementara untuk CV itu izinnya ada, sebagai pengecer. Tentu biasanya di atasnya ada agen. Makanya dilihat peruntukannya sesuai atau tidak. Itu yang sedang didalami," ujarnya.

"Jadi harus dipisahkan antara izin dengan peristiwa. Kalau izin tidak ada kaitan dengan peristiwa. Jadi kita harus dalami. Saat ini sudah terjadi peristiwa. Nanti akan dipastikan apakah ada unsur kelalaian atau unsur kesengajaan di sana," imbuh dia.

Saat disinggung mengenai gudang tersebut pernah digerebek Polda Bali, Jansen tidak menampik hal itu, yang kini juga menjadi bahan untuk pendalaman.

"Lokasi itu dulu mungkin sekitar dua tahun lalu pernah digerebek oleh Polda Bali, terkait peristiwa tersebut, juga sedang didalami," jelasnya.

Kabid Humas menegaskan, Polda Bali bakal menindak tegas jika terbukti ada oknum yang terlibat dalam praktik-praktik melanggar hukum.

"Perlu kami sampaikan, sebelum peristiwa ini terjadi bahkan sebelum kemarin viral yang di Badung, Kapolda selalu mengingatkan setiap acara apel pimpinan memastikan hal seperti ini tidak bisa terjadi. Peristiwa ini kan sudah terjadi. Kami pastikan tidak boleh terjadi kembali. Siapapun akan ditindak," katanya. 

Baca juga: Kronologi KM Umsini Terbakar saat Sandar di Pelabuhan Makassar, Begini Nasib 1.677 Penumpang

Agen Elpiji Dirugikan Pengoplos

AGEN elpiji resmi mengaku merasa dirugikan terkait adanya pengoplosan elpiji oleh para pengoplos.

Seperti yang dirasakan oleh Apriani, salah satu perwakilan agen elpiji seusai menghadiri rapat bersama Anggota DPR RI I Nyoman Parta di Kantor Hiswana Migas DPC Bali di Jalan Kepundung, Denpasar, Selasa 11 Juni 2024.

Apriani yang merupakan agen elpiji PSO dan non-PSO itu menuturkan, agen dapat terancam sanksi berupa Pemutusan Hubungan Usaha (PHU) oleh pihak Pertamina.

Sebab, agen yang bersangkutan dinilai tak mampu menjual elpiji yang diperoleh dari Pertamina.

“Non-PSO dan PSO itu kan semua ada regulasinya. Ada istilah target. Kalau ada barang oplosan, misalnya di non-PSO, target kita nggak tercapai. Jadi salah satu agen itu bisa kena sanksi, PHU, pemberhentian kerja sama karena dianggap tidak mampu menjual gas non-PSO,” jelasnya.

Ketidakmampuan agen dalam menjual elpiji dari Pertamina lantaran agen mesti bersaing terhadap para pengoplos yang menjual elpiji dengan harga lebih murah.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya di lapangan, elpiji oplosan dijual oleh para pengoplos dengan rentang harga Rp 600.000 hingga Rp 850.000 untuk LPG 50 kg.

Sementara harga dari produk resmi Pertamina, dikatakan berada di angka Rp 952.000 yang dapat berubah setiap tanggal 10.

“Sangat tinggi (selisih). Yang saya alami, kalau saya marketing ke hotel, restoran, itu kisaran harga Rp 600.000 ke Rp 850.000. Sedangkan produknya Pertamina, harga non-PSO untuk 50 kg, itu harganya Rp 952.000. Perubahan harga itu setiap tanggal 10,” bebernya.

Sementara itu, para penerima barang, kata Apriani, mencari barang dengan harga termurah, tanpa mempertimbangkan keaslian produk.

“Penerima barang, receiving itu kan akan mencari barang yang harganya paling murah. Harganya sangat jauh berbeda. Receiving itu tidak mau tahu, mana barang asli, mana barang tidak asli. Yang penting usahanya jalan,” katanya seraya meminta agar para pengoplos elpiji diberantas demi menciptakan iklim usaha yang sehat.

Baca juga: Rumah Warga Meureubo Aceh Barat Terbakar Jelang Subuh, 1 Penghuni Sempat Disambar Api  

Anggota DPR Duga Ada 21 Titik Pengoplos

ANGGOTA DPR RI, I Nyoman Parta menduga ada puluhan titik pengoplos Liquified Petroleum Gas (LPG) atau elpiji di Bali. Hal ini disampaikannya seusai melakukan pertemuan dengan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DPC Bali di Jalan Kepundung, Denpasar, Selasa 11 Juni 2024.

Tak tanggung-tanggung, jumlah dugaan pengoplos elpiji itu dikatakan mencapai 21 titik yang tersebar di Bali.

Bahkan, Parta mengaku telah mengantongi sejumlah data terkait dugaan pengoplosan elpiji di Bali.

Data titik dugaan pengoplosan elpiji juga telah disampaikan Parta kepada pihak Pertamina di pusat.

Kendati demikian, Parta menuturkan data yang dikantonginya tersebut perlu diverifikasi kembali kepada pihak terkait.

“Saya dapat informasi ada 21 titik tempat pengoplosan. Cuma kan harus diverifikasi. Beberapa data ada saya simpan. Saya juga sudah kirim ke Pertamina pusat,” ungkapnya kepada Tribun Bali.

Parta memandang pengoplosan elpiji ini dapat merugikan negara.

Sebab, elpiji subsidi 3 kg yang seharusnya untuk masyarakat, tak dapat tersalurkan lantaran ulah para pengoplos.

Selain itu, pengoplosan elpiji dinilai Parta juga dapat merusak iklim usaha.

Skenarionya, dalam usaha di bidang yang sama, namun menggunakan elpiji yang berbeda.

Satu usaha menggunakan elpiji resmi Pertamina, sementara usaha lainnya menggunakan elpiji oplosan dengan harga yang terpaut cukup jauh.

“Pengoplosan ini bukan saja merugikan negara, karena subsidi tidak jatuh kepada rakyat yang membutuhkan, tetapi juga merusak iklim usaha. 1 usaha yang resmi, menggunakan gas resmi, sama-sama restoran, misalnya. Ada yang menggunakan gas tidak resmi, oplosan. Bagaimana mau bersaing. Bagaimana membuat iklim usaha yang sehat,” katanya.

Parta berharap polisi segera mengungkap kasus pengoplosan elpiji di Bali.

Salah satu yang disorotnya, kejadian terbakarnya sebuah “gudang” elpiji di Jalan Cargo Taman I, Denpasar, Minggu 9 Juni 2024.

Pasalnya, Parta mendapati sejumlah kejanggalan dari gudang tersebut.

Seperti misalnya kerja karyawan yang terbagi dalam dua shift dan mempekerjakan belasan karyawan.

Selain itu, truk pengangkut pada gudang tersebut juga tak terdapat identitas.

“Saya mohon agar pihak kepolisian membuka kasus ini karena prasyaratnya hampir terpenuhi semua. Terang benderang kok kasusnya. Tidak punya outlet. Kedua, mobil truk tidak ada tulisan. Kerjanya malam hari. Kerjanya dua shift, 18 orang. Sudah terang benderang urusannya. Tinggal polisi tangkap otak dari pengoplosan itu,” tegasnya. 

Kronologi Kebakaran di Gudang Elpiji Denpasar Utara

Proses penyelamatan diri para korban kebakaran, di sebuah gudang gas elpiji, Jl. Cargo Taman I, Denpasar pada Minggu 9 Juni 2024 pagi berlangsung tragis.

Pasalnya, para korban harus lompat pagar gudang untuk menyelamatkan nyawa masing-masing.

Bukan tanpa alasan, hal itu dilakukan para korban lantaran pagar gudang diduga tergembok dari luar.

“Loncat pagar (korban menyelamatkan diri). Iya (tergembok dari luar). Itu sekitar jam 6, setengah 7 (pagi),” ungkap seorang saksi bernama Panji (34) kepada Tribun Bali.

Panji yang kebetulan bermukim di seputar TKP menuturkan, kulit salah seorang korban terlihat melepuh.

Luka bakar itu dikatakan Panji berada pada tangan dan badan bagian atas.

Sementara itu, pakaian korban dikatakan telah compang-camping yang diduga akibat terkena sambaran api.

“Yang (korban) berhenti di depan (rumah Panji). Itu sudah melepuh. Ada darah. Baju itu sudah seperti compang-camping kebakar,” imbuhnya.

Disinggung lebih jauh soal aktivitas di TKP pada hari biasa, Panji tak dapat berbicara banyak.

Sebab, pagar gudang gas elpiji tersebut dikatakan kerap tertutup rapat dan digembok.

Bahkan hampir 2 tahun dirinya tinggal di seputar TKP, Panji baru mengetahui kondisi gudang tersebut lantaran adanya peristiwa kebakaran.

“Sehari-hari, sepengetahuan saya, memang tertutup. Digembok dari luar. Saya hampir 2 tahun tinggal di sini, baru tadi lihat TKP,” ungkapnya.

Sepengetahuannya, kerap ada truk keluar-masuk di TKP yang memuat tabung gas elpiji.

“Saya tahu itu ada mobil keluar-masuk bawa gas. Masalah aktivitas di sana, saya nggak tahu. Karena memang tidak ada plang,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Lingkungan (Kaling) Banjar Uma Sari, Bhimantara Ari Sugandi menerangkan, setidaknya ada 18 korban luka bakar dari peristiwa tersebut.

“Jadi sekitar ada 18 (korban),” ungkap Bhimantara saat ditemui Tribun Bali di seputar TKP kebakaran.

Pasalnya, mereka dievakuasi ke sejumlah rumah sakit yang berada di daerah Badung dan Denpasar.

Bhimantara menuturkan, sebanyak 4 orang dievakuasi ke RSD Mangusada Badung, 1 orang di RSUD Wangaya Denpasar, dan 2 orang divekuasi ke RS BaliMed Denpasar.

Sementara itu, 3 orang dievakuasi ke RS Surya Husadha Ubung, dan 8 orang dilarikan ke RSUP IGNG Ngoerah.

“Yang saat ini saya dapat di rumah sakit, RS Kapal ada 4. RSUD Wangaya ada 1. Balimed ada 2. Sanglah 8. Surya Husada masih konfirmasi. Ada dapat informasi 3. Tapi saya pastikan langsung ke rumah sakit,” bebernya.

Pasalnya, korban dengan luka bakar yang cukup parah dievakuasi ke RSUP IGNG Ngoerah.

Bahkan, 1 korban yang sebelumnya dievakuasi di RSUD Wangaya, dikatakan Bhimantara akan dirujuk ke RSUP IGNG Ngoerah lantaran mengalami luka bakar yang cukup serius.

“Semua ke Sanglah (RSUP IGNG Ngoerah). Yang sudah parah itu. Informasi tadi, dari Wangaya mau dirujuk juga (ke sanglah). Mungkin tingkat luka bakarnya agak parah,” pungkasnya.

 

Baca juga: Relevansi RUU Penyiaran Terhadap Jurnalisme

Baca juga: Menjelang Idul Adha, Pemerintah Kembali Lanjutkan Pencairan Bansos BLT Mitigasi Risiko Pangan

Baca juga: Hari Jadi Pidie Disepakati Berawal dari Era Islam, Hasil FGD

TribunBali: Korban Tewas Kebakaran Gudang Elpiji di Denpasar Bali Bertambah, Ini Kata Dokter RSUP Ngoerah

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved