Kupi Beungoh
Saatnya Ulama dan Eks GAM Bersatu
Pihak yang menyatakan tidak setuju juga punya alasan bahwa Wali diklaim tidak lagi mampu mencerna isinya karena usia yang cukup sepuh dan kondisi kese
Penjajah Belanda melalui konsultan perang dan pakar antropologi, Profesor Snouck Hurgronje selalu berusaha menciptakan perpecahan antara Ulama dan kaum bangsawan untuk melemahkan kekuatan agar Aceh mudah dikalahkan dan dihancurkan.
Salah satu warisan pemikiran Snouck Hurgronje yang masih lestari sampai saat ini adalah memisahkan Islam dan Ulama dari politik.
Padahal Ulama menurut Rasulullah sebagai penerima warisan ilmu dan tugas tugas kenabian untuk memimpin Umat dan agama.
Menjelang jadwal pendaftaran Pilkada pada 27 Agustus 2024. Ketua Umum Partai Aceh, Muzakir Manaf yang lebih dikenal Mualem diprediksi menjadi calon terkuat.
Saat ini baru muncul satu poros yang sudah memenuhi syarat dukungan parpol untuk bisa mendaftar ke KIP Aceh. Poros lainnya ada Bustami Hamzah yang diusung Partai Nasdem dengan 10 kursi DPR Aceh dari 13 kursi yang disyaratkan.
Meskipun Mualem sudah memenuhi syarat, namun saat ini masih muncul berbagai dinamika siapa calon Wakil Gubernur yang akan mendampingi Mualem.
Diprediksi minimal ada 3 bakal calon yang berpeluang besar mendampingi Mualem yaitu Kamaruddin Abu Bakar (Sekjen PA), Fadhlullah (Ketua Partai Gerindra Aceh dan mantan kombatan GAM) dan Tgk H Muhammad Yusuf (Tu Sop), seorang ulama populer dan Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).
Jika nanti yang dipilih Mualem adalah Kamaruddin Abu Bakar atau Fadhlullah (Dek Fad), maka ini akan berpotensi melahirkan anggapan bahwa Pilkada hanya sebagai ajang bagi-bagi jabatan bagi mantan kombatan GAM bukan didasari keseriusan membangun Aceh.
Banyak pihak berharap agar Tu Sop bisa mendampingi Mualem. Hal ini sangat beralasan karena Mualem dan Tu Sop memiliki segmen massa pemilih yang berbeda dan ini akan memudahkan Mualem bisa menang dengan suara signifikan.
Dengan tambahan dukungan Partai Gerindra sebagai parpol yang diketuai Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Partai Demokrat yang dipimpin Presiden ke 6, SBY maka sudah lebih dari cukup; kekuatan untuk melobi pemerintah pusat agar bisa memberikan perhatian secara maksimal untuk Aceh.
Belum lagi dukungan PKB dan PKS dan diprediksi akan bertambah dukungan parpol lain jelang pendaftaran jika Mualem jadi berpasangan dengan Tu Sop.
Mualem butuh calon Wakil Gubernur yang tidak hanya memiliki kemampuan melobi pemerintah pusat tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengajak masyarakat Aceh untuk "melobi" Allah sebagai penguasa seluruh alam jagat raya ini agar Aceh segera dikaruniakan kesejahteraan dan kemakmuran. (Baca: Konsep Politik Aceh, Mengetuk Pintu Langit, Serambi Indonesia, 2/8/24).
Jika Aceh cuma fokus menyatukan kekuatan untuk melobi penguasa pusat dan mengabaikan kekuatan untuk "melobi" Allah, apakah Aceh sudah siap menerima konsekuensi jika Allah juga akan mengabaikan Aceh?
Bahkan siapkah Aceh jika Allah kembali menurunkan bala akibat menjauhi Ulama dan Aceh tidak serius bersyariat. Semoga Ulama dan Eks GAM serta berbagai elemen masyarakat Aceh lainnya bisa bersatu pada Pilkada 2024 untuk menuju kebangkitan Aceh dalam naungan Dinul Islam.
*) Penulis alumnus Dayah MUDI dan PPs UIN Ar Raniry, seorang pengkaji pemikiran politik Islam Tgk Hasan di Tiro
Lahan Eks GAM
Eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka
Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
ulama
Mualem
Serambinews
Serambi Indonesia
pilkada
Mukhtar Syafari
Tgk Mukhtar Syafari MA
| Dibalik Kerudung Hijaunya Hutan Aceh: Krisis Deforestasi Dan Seruan Aksi Bersama |
|
|---|
| MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara |
|
|---|
| Beasiswa dan Perusak Generasi Aceh |
|
|---|
| Menghadirkan “Efek Purbaya” pada Penanganan Stunting di Aceh |
|
|---|
| Aceh, Pemuda, dan Qanun yang Mati Muda |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.