Kupi Beungoh

Merawat Jaringan: Satu Malam bersama Sang Maestro dari Susoh

Kiprahnya dalam berbagai bidang di atas membuatnya memiliki jaringan yang sangat luas untuk level nasional dan internasional.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Fahmi M. Nasir, Penulis buku Isu-Isu Kontemporer Wakaf Indonesia. 

Tak lama setelah itu, anak muda yang bernama Muda ini mengabarkan bahwa tokoh tersebut sedang berada di Jakarta dan bersedia menerima saya pada hari Jum’at, 27 September, jam 8 malam.

Setelah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan Muda, saya pun langsung mengirimkan pesan kepada tokoh tersebut untuk memberikan konfirmasi kehadiran saya dan juga menyampaikan terima kasih atas kesediaannya menerima saya di sela-sela kesibukannya sebagai seorang intelektual papan atas di negeri ini.

Pada pagi hari Jum’at, saya mengirimkan lagi pesan kepada beliau untuk meminta izin datang bersama dua rekan lain, alumni Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), yang kebetulan juga sedang berada di Jakarta.

Rekan yang pertama adalah Dr. Zeldy Suryadi, ekspatriat IT pada perusahaan BUMN ternama di Malaysia, yang sudah pernah saya perkenalkan dalam edisi tulisan merawat jaringan sebelum ini.

Pakar IT ini ternyata berasal dari keluarga yang sangat hebat. Betapa tidak, kakeknya adalah Ali Raliby yang merupakan abang kandung Prof. Osman Raliby, seorang intelektual terkenal pada era Orde Lama dan Orde Baru.

Osman Raliby yang merupakan Anggota Konstituante dari partai Masyumi juga menjadi mentor kepada Yusril Ihza Mahendra baik dalam menulis naskah pidato ataupun dalam mengajar di mana Yusril pernah menjadi asistennya. 

Saya sendiri baru beberapa waktu terakhir ini mengetahui lebih banyak tentang garis keluarga hebat sahabat yang sudah saya kenali lebih dari dua dekade ini.

Mudah-mudahan Zeldy mempunyai kesempatan untuk berjumpa dengan Yusril yang pernah singgah di rumah mereka di kawasan Grong-Grong suatu ketika dulu agar Zeldy dapat mengetahui lebih banyak lagi sisi-sisi kehidupan dan perjuangan Osman Raliby.

Rekan yang kedua pula, Unzir Nanda, merupakan alumni S2 Sastra Arab di Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM).

Anak muda yang sedang merintis karir di Jakarta ini sudah saya kenali sejak tahun 2014 ketika mula-mula dia mau masuk kuliah S2 di UIAM. 

Keluarga besar Unzir Nanda di Bayu ini, banyak yang menjadi anggota pasukan Tengku Abdul Jalil Cot Plieng, seorang ulama yang dikenal sebagai tokoh perlawanan penjajah Jepang. Keluarga Unzir Nanda ini kemudian gugur bersama Tengku Abdul Jalil dalam satu pertempuran melawan Jepang.

Melihat sosoknya yang sangat agile, saya yakin sekali Unzir Nanda akan sukses dalam perjuangannya meniti karir di Jakarta. 

Alhamdulillah, tokoh yang ingin saya temui itu mengabulkan permintaan tersebut. Pada waktu yang sama beliau mengirimkan foto koran The Jakarta Post yang rupanya memuat tulisan opininya pada hari itu.

 Tulisan yang berjudul ‘Understanding the thoughts of Sumitro, Prabowo’s father’, merupakan bagian pertama dari dua tulisan. Hal ini seolah mempertegas bahwa beliau adalah seorang intelektual yang selalu aktif mewarnai perjalanan bangsa ini dengan memberikan pandangan dan pikiran terhadap kondisi aktual yang sedang berlangsung di puncak koridor politik Indonesia.

Kolom Fachry Ali

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved