Kupi Beungoh
Merawat Jaringan: Satu Malam bersama Sang Maestro dari Susoh
Kiprahnya dalam berbagai bidang di atas membuatnya memiliki jaringan yang sangat luas untuk level nasional dan internasional.
Jam 8 malam tepat kami sudah sampai di depan pintu rumah yang pada peta alamat tertulis Kolom Fachry Ali (KOFI). Nama yang tertera pada alamat yang berada di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur itu merupakan nama dari tokoh yang kami temui itu.
Fachry Ali, begitulah nama seorang intelektual papan atas yang sangat disegani di negara kita. Saat ini selain menulis, tokoh ini juga memiliki podcast sendiri yang diberi nama, Kolom Fachry Ali (KOFI TV), sebuah podcast yang saat tulisan ini dibuat sudah mempublikasi 301 video, memiliki lebih dari 35 ribu subscribers dan telah dilihat lebih dari 12.6 juta kali, sejak pertama sekali mengudara pada 17 April 2022.
Kenapa ia memiliki KOFI? Pada bagian pengenalan podcast KOFI kita temui keterangan seperti ini “Kolom Fachry Ali (KOFI TV) adalah inisiatif mengalih-wahanakan tradisi penulisan opini di ruang publik seperti media massa dan media sosial menjadi sebuah sajian audio-visual”.
Pada paragraf kedua, informasi tentang podcast ini dilanjutkan lagi dengan “KOFI TV merupakan upaya diseminasi gagasan berbasis penalaran, argumentasi dan riset-riset lintas disiplin ilmu yang disalurkan melalui Channel YouTube”.
Selanjutnya pada bagian terakhir tertulis “Fachry Ali adalah pengamat politik yang konsisten selama puluhan tahun mewarnai kehidupan intelektual dan menumbuhkan tradisi kritis melalui tulisan-tulisan yang tersebar di berbagai artikel opini media massa, buku, jurnal ilmiah, makalah dan lain sebagainya”.
Masterclass dari Sang Maestro
Begitu kami menekan bel di pagar rumah, salah seorang stafnya langsung membukakan pintu pagar rumah yang terletak di pinggir jalan besar di Pondok Bambu dan membawa kami menuju ke ruang Fachry Ali menunggu kami.
Pak Fachry, demikian kami memanggilnya, menyambut kami dengan hangat sembari menyalami kami satu per satu. Beliau kemudian mempersilahkan kami memasuki ruangan tersebut dan duduk di kursi yang telah diatur dengan rapi.
Ruangan yang lumayan besar itu multifungsi, bisa sebagai tempat beliau menyambut tamu-tamunya untuk duduk berdiskusi, tempat beliau menulis menghasilkan berbagai karya, dan bisa jadi sebagai tempat untuk beliau bermain pingpong alias tenis meja.
Beliau memberitahukan kami bahwa kalau ruang itu akan dijadikan tempat bermain pingpong, maka meja besar yang menjadi tempat meletakkan berbagai buku dan tulisan lain sebagai rujukan ketika sedang menulis tinggal digeser ke tepi.
Kami bertiga duduk berhadap-hadapan dengan Pak Fachry. Malam itu, kami melihat begitu banyak buku dan berbagai referensi yang dijadikan rujukan ketika beliau menulis. Di antara banyaknya buku di atas meja itu, saya melihat dua buku yang kebetulan disebutkan oleh Pak Fachry dalam tulisan terbaru beliau di The Jakarta Post.
Buku pertama berjudul Kredit Rakyat di Masa Depresi, karya Sumitro, dan buku kedua adalah Essays on the Great Depression, karya Ben Shalom Bernanke.
Belum sempat saya bertanya tentang kedua buku ini, beliau sudah memulai membuka pembicaraan tentang tulisan opininya di The Jakarta Post itu.
Ia menjelaskan, sebagaimana ditulisnya dalam kolom tersebut, bahwa Sumitro menganalisa sikap petani ketika terjadi Great Depression antara tahun 1929 sampai 1939 menggunakan dua konsep yaitu “shrinking perspective’’ dan “impatience”.
Tentu ada pesan spesifik yang ingin beliau sampaikan melalui tulisan tersebut kepada Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, yang merupakan anak kepada Sumitro Djojohadikusumo.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.