Kupi Beungoh
Merawat Jaringan: Satu Malam bersama Sang Maestro dari Susoh
Kiprahnya dalam berbagai bidang di atas membuatnya memiliki jaringan yang sangat luas untuk level nasional dan internasional.
Selanjutnya Pak Fachry meneruskan diskusi mengenai berbagai topik seputar sosial budaya, ekonomi, politik dan tokoh-tokoh sentral terkait yang meliputi Aceh, Indonesia dan Malaysia.
Pada diskusi itu, kami lebih banyak bertanya, lalu beliau menjelaskannya secara panjang lebar. Yang paling menarik adalah setiap penjelasan yang diberikannya selalu merujuk kepada referensi yang lengkap mulai dari judul tulisan atau buku beserta siapa penulisnya.
Hal ini merupakan indikasi betapa dalamnya ilmu yang dimilikinya dan tajamnya analisa beliau untuk sesuatu peristiwa yang terjadi di negara kita.
Sesekali bila menyangkut hal-hal di Malaysia, saya mencoba untuk memberikan pandangan sesuai dengan hal-hal yang saya ketahui termasuk beberapa kisah di balik layar sesuatu peristiwa di negeri jiran itu.
Kebetulan saya cukup beruntung sedang berada bersama almarhum Tan Sri Sanusi Junid ketika peristiwa itu terjadi.
Kedalaman ilmu yang dimilikinya itu membuat kami bertiga semakin bersemangat untuk menanyakan banyak hal kepadanya.
Sambil mendengar penjelasannya yang rinci dan komprehensif, kami menikmati lezatnya Mie Aceh dan segarnya jus timun yang disajikan oleh Pak Fachry kepada kami.
Mie Aceh itu rupanya dimasak oleh salah seorang staf Pak Fachry. Kelezatannya jauh melebihi Mie Aceh yang kami makan, siang tadi, di suatu lokasi yang berhampiran dengan Kampus Binus Anggrek, tempat kami menemui rekan alumni UIAM, Dr. Abdul Rasyid, dosen Binus, yang berasal dari Jambi dan Andi Gunawan, konsultan pendidikan, yang masih berdarah Aceh walaupun ia sudah kesulitan mencari jejak keturunan kakeknya di Aceh karena mereka sudah lama sekali merantau ke Pulau Jawa.
Ketika mendengar kisah Andi tentang kakeknya itu, saya menyampaikan kepadanya mungkin saja kakek Andi merantau ke Pulau Jawa pada waktu yang bersamaan dengan ayah Achmad Soebarjo, Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama.
Jika ia bisa berhubungan dengan keturunan Achmad Soebarjo, besar kemungkinan Andi akan dapat menelusuri silsilah keluarganya di Aceh kelak.
Kami bertiga juga sangat menikmati kemampuan Pak Fachry melantunkan berbagai syair yang merakyat di Aceh, baik dalam bahasa Aceh ataupun dalam bahasa Arab. Beliau juga menerangkan konteks setiap syair yang dilantunkannya dengan merdu itu.
Rakan saya yang alumni sastra Arab di UIAM, Unzir Nanda ternyata juga mempunyai pengetahuan yang baik, tentang syair dan ia juga menguasai beberapa syair yang populer di kawasan Pasee, walaupun tentu belum seluas pengetahuan tuan rumah kami pada malam itu.
Untuk memudahkan kami memahami penjelasannya tentang berbagai syair seperti Bak Meurak di Cong, Hikayat Prang Sabi dan transformasi yang dibawa oleh setiap syair tersebut, beliau berbagi beberapa tulisannya kepada kami termasuk Pidato Kebudayaan yang disampaikannya dalam Kongres Kebudayaan Aceh pada 6-8 Mei lalu di Jantho, Aceh Besar.
Setelah mendengarkan pemaparan dari Pak Fachry tentang berbagai topik, beliau membawa kami ke perpustakaan pribadinya yang memiliki koleksi puluhan ribu buku dari dalam dan luar negara. Yang menarik, di antara buku dari luar negeri tersebut, ada sekitar 1.5 ton buku yang dibawanya dari Australia, tempat ia menempuh studi suatu ketika dahulu.
Koleksi buku tersebut akan terus bertambah, ini bisa kita amati dari ratusan buku baru yang masih diletakkannya di atas meja karena belum selesai dibuat katalog.
Sambil kembali dari ruang pustaka menuju ruang pertemuan, ia juga membawa kami menuju ke salah satu sudut halaman rumahnya di mana terdapat pohon belimbing wuluh, penghasil asam sunti yang merupakan salah satu bahan pokok untuk memasak makanan khas Aceh.
Di samping pohon belimbing wuluh itu, ada satu ‘guest house’ mungil nan cantik yang bisa ditempati oleh tamu-tamunya.
Ketika kami kembali ke ruang pertemuan, beliau menceritakan banyak sekali tokoh-tokoh yang pernah duduk berdiskusi dengannya di situ.
Mendengar nama-nama tokoh tersebut disebutkannya, kami pun merasa sangat beruntung dapat berada di tempat tersebut walaupun pada waktu dan konteks yang berbeda. Kami juga merasa lebih beruntung lagi ketika Pak Fachry menjawab pertanyaan saya siapa pemilik lokasi rumah ini sebelumnya.
Rupanya Pak Fachry membelinya dari mantan Gubernur Bank Indonesia yang pertama, Sjafruddin Prawiranegara.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, di mana kami telah pun berada di sana hampir lima jam lamanya. Bagi kami, malam itu laksana mengikuti kuliah masterclass dari seorang maestro yang berasal dari Susoh, Aceh Barat Daya.
Tatkala mengikuti masterclass ini, kami menyampaikan harapan agar beliau mau menulis memoar untuk bahan bacaan, pengetahuan dan pelajaran bagi kita semua, terutama sekali yang berasal dari Aceh agar setidaknya dapat meneladaninya khususnya dalam hal memiliki ‘akar’ yang kuat.
Sebelum kami mohon diri, Pak Fachry menghadiahkan kami dua buku karyanya yang masing-masing berjudul ‘Kalla & Perdamaian Aceh’ dan ‘The Politics of Central Bank’.
Saya sendiri menghadiahkan buku ‘Isu-Isu Kontemporer Wakaf Indonesia’ yang baru saja terbit pada September 2024, di mana saya mendapatkan kehormatan luar biasa dengan kesediaan mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr. Mahathir Mohamad menuliskan kata pengantar pada buku itu.
Pak Fachry juga menghadiahkan satu buku karyanya berjudul ‘Antara Pasar dan Politik’ untuk saya serahkan kepada Tun M, nama populer negarawan itu di negeri jiran.
Tepat jam 12:40 dini hari, kami pun menyalami Sang Maestro dari Susoh sebelum meninggalkan kediamannya dengan membawa banyak pengetahuan dan cara pandang baru, serta berharap untuk kembali mendapatkan kesempatan serupa di masa mendatang.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.