Jurnalisme Warga

Pocut Baren, Pemimpin Pasukan Gerilya dan Penyair di Masa Perang Aceh

Rencong itulah teman Pocut Baren saat berperang. Meski hanya sebilau pisau kecil, ia yang diikuti niat jihad dan dibebani keinginan untuk lepas dari k

Editor: mufti
IST
SITI RAFIDHAH HANUM, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh serta novelis, melaporkan dari Meulaboh, Aceh Barat 

Akhirnya, pada tahun 1928, Pocut Baren mengembuskan napas terakhirnya. Saat itulah perjuangannya benar-benar usai. Karya-karya dahsyat yang pernah ditulis, dikumpulkan oleh Belanda. Isinya diterjemahkan oleh seorang penulis asal negeri Kincir Angin tersebut, kemudian disimpan di Perpustakan Universitas Leiden. Hal itu menjadi bukti betapa berpengaruh sosok Pocut Baren dalam perang Belanda di Aceh. Baik berjuang menggunakan senjata, maupun tulisan-tulisannya.

Ada banyak sekali warg Aceh yang belum tahu sosok-sosok penting dalam masa perang Aceh melawan Belanda. Mulai dari riwayat hidup, kisah saat berjuang, hingga karya yang telah diciptakan semasa hidupnya. Terkadang anak-anak sekolah lebih hafal biografi pahlawan nasional luar Aceh daripada asoe lhok-nya sendiri.

Oleh karena itu, akan lebih bagus jika Pemerintah Aceh bekerja sama dengan dinas pendidikan membuat serta mengedarkan buku tentang sosok-sosok pahlawan dari Aceh ke sekolah, mulai dari sekolah dasar. Semua tokoh yang berjasa, baik tercatat sebagai pahlawan nasional ataupun tidak harus diabadikan di dalam tulisan, sebagai wujud rasa terima kasih atas perjuangannya. < rafidhahs> 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved