Breaking News

Kupi Beungoh

Menjaga "Fitrah" Dalam Berumah Tangga

Sebagian lagi perempuan masa kini tidak mau menikah, mereka ingin bebas agar bisa pergi kesana kemari-kemari tanpa ada yang menghalangi.

Editor: Amirullah
For Serambinews
Dr. Ainal Mardhiah, S Ag, M.Ag, Dosen Pascasarjana UIN Ar Raniry Banda Aceh 

Andaikan seorang perempuan harus keluar rumah, tentunya itu dilakukan setelah menyelesaikan tugas sebagai istri, tugas seorang ibu, dengan izin suami, tidak lupa juga menjaga adab dan menutup aurat dengan baik, sesuai aturan syari' at selama beraktifitas di luar rumah. 

Fitrah perempuan sebagai istri dan ibu generasi. Fitrahnya laki-laki sebagai pemimpin yang memberi teladan, melindungi, menjaga, mengayomi, menyayangi, mendidik istri dan anak-anaknya, disamping tugas utamanya mencari rezeki. 

Makna Fitrah 

Imam Al-Qurtubi mengatakan bahwa fitrah berarti manusia lahir dalam keadaan suci, dan bersih. Syekh Ahmad Musthafa al-Maraghi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “fitrah” adalah kesiapan mental untuk menerima kebaikan dan agama yang Esa. Dan menurut beliau, fitrah juga bisa diartikan bahwa manusia ketika lahir diliputi oleh potensi kebaikan-kebaikan. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang lahir fitrahnya bersih, suci, fitrahnya ber Tuhan kepada Allah SWT, manusia lahir membawa fitrah patuh dan ta'at kepada Allah SWT. Mengapa kemudian manusia ingkar? Tidak patuh pada Rabb. Itulah pengaruh lingkungan, bagi yang mendapat lingkungan yang baik lagi ta'at membuat ia tetap dengan fitrahnya. Yang mendapat lingkungan yang buruk dan ingkar menjadilah manusia itu ingkar kepada Rabb-Nya. 

Seperti disebutkan Rasulullah dalam hadis berikut ini: 

"Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim). 

Sebab-Sebab Perempuan  Meninggalkan Fitrahnya

Pertama, Pengaruh Lingkungan. 

"...berteman dengan pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari) 

Ini bukan berarti menjadi pandai besi itu tidak baik, ini hanya permisalan bahwa perempuan itu bisa berubah karena sikap suami, pengaruh kawan, pengaruh tetangga, atau orang-orang terdekat dilingkungannya.  Ketika orang dilingkungannya baik, suaminya baik, kawan-kawannya baik, orang terdekatnya baik, maka baiklah perempuan tersebut. Jika sebaliknya, maka buruklah pula ia. 

Mencari lingkungan yang baik, yang mendukung  para perempuan bisa melakukan kebaikan, menjaga fitrahnya sebagai ibu dan istri itu sangat  penting. Salah satu caranya adalah suami wajib mendidik istri tentang ilmu agama, mendidik dengan cara yang baik, dengan bahasa cinta, jika suami tidak mampu, suami dapat mengantar istrinya ke tempat-tempat pengajian.  

Kedua, Pengaruh Pendidikan 

Pendidikan barat mengajarkan emansipasi, yang menurut bahasa ia adalah pembebasan dari perbudakan yang berkaitan dengan persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi ini yang muncul dari non muslim, disebabkan karena dalam agama mereka, budaya mereka wanita tidak mendapat penghargaan yang baik, tidak dimuliakan sebagaimana Islam memuliakan para perempuan. 

Dalam Islam antara laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, yang membedakan adalah taqwanya, dan kewajiban yang disesuaikan dengan fitrahnya. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved